Laman

Kamis, 20 November 2014

Kehangatan Falsafah Hidup Perokok Usia Lanjut

Judul : Mereka Yang Melampaui Waktu (Konsep Panjang Umur, Bahagia, Sehat dan Tetap Produktif)
Penulis : Sigit Budhi Setiawan dan Marlutfi Yoandinas
Penerbit : Pustaka Sempu dan Layar Nusa INSISTPress
Cetakan : Desember 2013
Tebal Halaman : 194

Oleh : Irkham Zamzuri

“Menjadi tua, berumur panjang, sehat, dan bahagia sebagai perokok adalah sebuah pilihan hidup.”
Menjadi sehat adalah dambaan semua manusia. Kita bisa bebas beraktivitas, berkumpul dengan keluarga, makan enak, bisa berpikir tenang dan bahagia. Beda ketika terserang penyakit, semua menjadi serba terbatas. Sehat atau sakit berhubungan dengan aspek biologis, psikologis dan sosiokultural setiap manusia. Kondisi sehat atau sakit pasti akan berpengaruh pada efektivitas manusia yang bersangkutan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Namun sejalan dengan modernisasi, pemahaman sakit atau sehat tampaknya sudah mengalami pergeseran makna. Konsep sehat pun bertransformasi, generasi orang tua terdahulu memahami sehat atau sakit dengan makna sangat sederhana. Setelah ditemukannya teknologi di bidang kesehatan yang semakin canggih, semaju itu pula bermacam penyakit tumbuh. Ketika segala sesuatu sudah begitu kompleks, berbagai penyebab sehat atau sakit pun dimunculkan. Rokok adalah salah satu benda yang selalu mengambinghitamkan.
Sigit Budhi Setiawan, menyelesaikan pendidikan S1-nya di Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Jember, begitu pula Marlutfi Yoandinas. Ketika buku ini diterbitkan, Marlutfi sedang menempuh pendidikan S2-nya di Program Pascasarjana Ilmu Lingustik Universitas Gadjah Mada. Mereka berdua menulis sebuah buku berjudul Mereka Yang Melampaui Waktu sebagai salah satu sangkalan, tidak semua yang terkait dengan rokok itu berafiliasi pada mudarat.
Buku ini merupakan rangkaian kisah inspiratif tentang orang-orang yang berumur panjang, bahagia, sehat dan tetap produktif. Buku apik yang berhasil memotret sisi-sisi paling manusiawi tentang daya hidup manusia Indonesia, untuk melampaui waktu dengan tetap bermartabat.
Sebuah catatan perjalanan 14 kota di Indonesia untuk menimba ilmu dari para orang tua lanjut usia. Buku ini terbagi menjadi tiga bab utama. Kesehatan sebagai laku, merayakan hari tua, dan merawat kebahagiaan. Dibuka dengan sekapur sirih, ikhtiar melampaui waktu, pada prolog, sedangkan catatan akhir sebagai epilog. Dilengkapi dua film dokumenter dari sutradara Darwin Nugraha, Mereka Yang Melampaui Waktu serta Agama, Tradisi dan Tembakau.
Orang tua lanjut usia dengan rentang umur 70-90 tahun menjadi subjek utama, konsep panjang umur, bahagia, sehat dan tetap produktif adalah pelengkap tak terpisahkan dari pembahasan. Ada satu hal yang sangat menarik perhatian, yakni pengisahan yang teramat ‘mesra’ antara subjek dengan rokok.
Semua tokoh yang kisahnya diangkat dalam buku ini adalah perokok aktif sedari mereka remaja. Tapi toh ketika usia beranjak tua, jasmani mereka tetap sempurna. Sebuah antitesis terhadap apa yang selama ini dipercaya oleh masyarakat luas melalui gencarnya kampanye media. Slogan “Merokok Membunuhmu” dengan tegas terpatahkan bersamaan hadirnya puluhan kakek-nenek lanjut usia di buku ini.
Mereka semua adalah orang-orang yang masih memercayai ajaran tradisional warisan nenek moyang. Mereka percaya akan adanya Tuhan dengan jalan dan cara masing-masing. Percaya bahwa sehat dan bahagia itu sederhana. Rasa syukur atas karunia Tuhan begitu besar, tanpa perlu menjadi seorang yang serakah. Pola pikir sederhana itulah yang selalu mereka yakini bisa mendatangkan kesehatan dan kebahagiaan.
Haji Toha, kakek berusia 83 tahun tersebut masih rajin ke sawah setiap hari, selama itu pula jarinya tak luput mengapit rokok. Kondisi fisik yang masih sehat dibuktikan dengan Surat Ijin Mengemudi yang masih aktif sampai 2015. Tidak ada tindakan medis khusus yang dia lakukan untuk menjaga kesehatan. Satu-satunya yang dia imani hanyalah minum air putih sebanyak-banyaknya tiap pagi hari. Keyakinannya seluruh penyakit akan hanyut melalui air seni dan keringat. Dari hasil bertani, Haji Toha bisa berangkat ke tanah suci bersama istri dan juga mendirikan Yayasan Pendidikan Al Ikhlas, Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTS) dan Madrasah Aliyah (MA) di Kabupaten Cirebon. Keyakinan dan rasa syukur kepada Tuhan membuat jiwa raganya tetap sehat lagi bahagia, sampai berumur tua.
Pertanyaan dasar berkecamuk, jika rokok dilarang karena dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, kenapa peredaran makanan cepat saji berpengawet kimia tidak dipermasalahkan? Kenapa gula dan nasi yang jelas-jelas dapat menyebabkan diabetes tidak dikendalikan? Kenapa asap-asap kendaraan yang kalau ditakar kandungan racunnya lebih besar tidak dilarang? Kenapa hanya rokok yang dilawan secara besar-besaran? Jika melihat upaya pemerintah sejauh ini, ‘perang’ terhadap rokok ‘dilancarkan’ secara sistematis, struktural dan masif.
Menjadi tua, berumur panjang, sehat, dan bahagia sebagai perokok adalah sebuah pilihan hidup. Suluh—pandangan hidup—yang akan menerangi perilaku mereka dalam mencapai tujuan hidup. Pandangan hidup perokok berumur panjang, harusnya dilihat secara arif berdasarkan perspektif sosio kebudayaan yang berkembang di lingkungan kehidupan mereka. Pihak-pihak yang berlawanan seperti pemerintah, lembaga-lembaga agama, dan komunitas anti-rokok seharusnya tak gampang menyalahkan sebuah pilihan hidup. Sangatlah tidak pantas kalau ada salah satu pihak mengklaim bahwa suluhnya lebih baik daripada orang lain. Bukankah Indonesia berdasar pada Bhinneka Tunggal Ika?

Sesuai yang tercantum dalam penjelasan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata yakin, keyakinan, dan percaya mempunyai makna hampir sama. Yaitu mengakui dengan sungguh-sungguh. Pandangan hidup tentang suatu hal pasti menimbulkan perbedaan. Varian sudut pandang tentang keyakinan pun secara langsung atau tidak langsung menjadi alasan mendasar. Ketika dua pendapat berbantahan, disitu pula hakikat yakin atau percaya berjalan. Sama halnya operasi plastik atau tidak operasi plastik, bertato atau tidak bertato, begitu pula merokok atau tidak merokok. Bagai dua sisi mata uang, kedua sisi berseberangan tak bisa duduk berdampingan. Tetapi semangat menjaga keutuhan adalah keharusan. Menghargai perbedaan ialah satu ciri masyarakat toleran.

*Tulisan ini pernah dipublikasikan di situs online LPM KEADILAN. (Lihat di : http://www.lpmkeadilan.com/kehangatan-falsafah-hidup-perokok-usia-lanjut.html

2 komentar:

  1. Terimakasih telah mengulas buku Pustaka Sempu, rehal buku dilansirkan ke: http://blog.insist.or.id/insistpress/?p=9130

    BalasHapus
  2. Rehal buku terkait ikut kami tautkan di: http://insistpress.com/katalog/mereka-yang-melampaui-waktu-konsep-panjang-umur-bahagia-sehat-dan-tetap-produktif/

    BalasHapus