Laman

Rabu, 04 September 2013

Greweng Beach (The Hidden Paradise)


no footprints
Gunung Kidul adalah salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkenal dengan eksotisme wisata alamnya, sebut saja pegunungan kapur, gua, ataupun pantai. Daerah yang sebenarnya relatif gersang karena terletak di daerah karst (kapur), justru menyimpan berbagai tempat luar biasa yang menjadi surga para petualang. Dari tempat wisata yang sudah dibuka untuk umum ataupun tempat-tempat yang masih tersembunyi, dan dibutuhkan perjuangan khusus untuk mencapainya. Pantai Greweng merupakan satu dari sekian banyak tempat yang wajib dikunjungi oleh traveler yang menyukai jelajah alam, ketenangan, dan tentunya keindahan. Karena alasan-alasan itulah saya beserta kedelapan teman saya akhirnya tertarik untuk mengunjungi tempat itu. Berencana untuk berkemah semalam di pantai greweng, pantai tersembunyi dengan pasir putih yang mengagumkan. 

Kenalan dulu ya sama teman-teman saya yang sehobi dalam hal jalan-jalan alam. Adam adalah teman baik saya sedari SMA, berbagai kegiatan ekstra ataupun intra bersama selama di SMA menjadikan komunikasi kami semakin baik karena seringnya bersama dalam organisasi, sekarang Adam sedang menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung jurusan Metrologi dan Instrumentasi. Waktu itu sedang diadakan seleksi untuk calon pengurus osis baru di SMA untuk kelas X, dan disinilah pertama kali saya mengenal Fia. Adik kelas dan juga teman di organisasi OSIS SMA, FYI dia selalu diantar jemput oleh ayahnya selama SMA, anak papi J hahaha ... sekarang melanjutkan studi di jurusan komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Suci,  dia adalah seorang penari yang sangat gemulai ketika saya mengenalnya. Berambut panjang sampai ke pinggang, dan selalu berdandan ketika sedang pertunjukan. Bersuara emas, karena menjadi  dirigen dalam ekstra Paduan Suara SMA. Melanjutkan studi di jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Yogyakarta.Yasinta, dia pernah dilaporkan ke Team SAR ketika mendaki Gunung Merbabu malam tahun baru 2013. Sekarang melanjutkan studi di jurusan Rekam Medik Universitas Gadjah Mada. Saya dan keempat teman saya ini tergabung dalam organisasi alumni pengurus Dewan Ambalan SMA N 1 Karanganom Klaten, yaitu IKEBANA. 

from the left side : Sofan, Yudha, Saya, Adam, Nanda, Suci, Fia, Zulfa, & Yassinta.




Nanda, Sofan, Yudha, adalah teman-teman yang selalu bersama saya ketika sedang kost di Jogja ketika masuk kuliah. Mereka semua secara perlahan saya racuni dengan virus gunung, sampai akhirnya kelompok kecil ini menamakan diri dengan sebutan OAK. Yang mempunyai selogan “Memayu Hayuning Bawana” sementara bermarkas di Samirono, Sagan (kompleks kost-kostan depan UNY). Si Nanda adalah orang yang tidak pernah on time dalam membalas sms, studi di jurusan Kearsipan UGM. Yudha adalah teman kami yang paling doyan makan, FYI rambutnya waterproof lho hahaha ... studi di jurusan Pendidikan Bahasa Arab UIN Sunan Kalijaga dan Sofan adalah teman kami yang tinggal di asrama dengan biaya sebulan sangat menggiurkan, Rp. 35.000,00 sedang studi ekonomi di UGM. Sedangkan Zulfa adalah adik kandung dari si Yudha, baru saja lulus dari SMK jurusan Kecantikan Rambut dan melanjutkan studi di Jurusan Kecantikan di UNNES.  

L O V E
Sebenarnya rencana kami untuk mengadakan camping di pantai sudah cukup lama, tetapi karena berbagai hal dan waktu yang belum tepat akhirnya membawa kami pada tanggal 14-15 Agustus 2013. Setelah berbagai persiapan, pembagian tugas dan koordinasi dirasa cukup, diputuskanlah tempat berkumpul untuk bisa berangkat secara bersama adalah dirumah saya, Trucuk Klaten. Kami akan berangkat menuju Pantai Greweng  melalui cawas, daerah perbatasan antara kabupaten Klaten dengan Gunung Kidul. Kami rasa jalan ini lebih cepat dibandingkan harus melewati jalan Wonosari. Saya dan teman-teman akhirnya meninggalkan rumah pada jam 12.30 WIB, menempuh perjalanan yang cukup lama antara 2,5 – 3 jam hingga akhirnya kami sampai di Pantai Wedi Ombo. Pantai Wedi Ombo adalah Entry Point untuk mencapai destinasi, pantai ini terletak di daerah timur Gunung Kidul menyusuri  jalan beraspal sampai habis hingga tiba di lahan parkir yang bawahnya adalah hamparan maha luas Samudera Hindia. 

Untuk menuju pantai greweng kita harus parkir kendaran di area parkir atas pantai wedi ombo, karena akses kita selanjutnya hanyalah jalan setapak menyususri hutan dan ladang warga sehingga tidak memungkinkan untuk membawa kendaraan. Dari area parkir pantai wedi ombo kita bisa mengikuti jalan aspal yang nanjak berkelok sejauh +/- 100 m untuk bisa menemukan pertigaan jalan.  Ambil jalan ke kanan, jalan tanah berbatu yang belum di aspal. Setelah +/- 100 m disebelah kiri akan ditemukan jalan setapak yang menjadi tujuan langkah kita selanjutnya. Selebihnya hanya jalan setapak inilah yang akan memandu kita untuk membelah ladang ketala warga yang gersang, melewati hutan jati khas daerah kapur. Pada pagi sampai sore hari menjelang petang di sekitar ladang banyak petani yang sedang melakukan rutinitas mereka berladang, mulai dari mencangkul tanah gersang, memanen dan mengupas singkong, sampai mengurus ternak mereka sekalipun. Tak sedikit warga yang membuatkan kandang untuk kambing atau sapi mereka di tengah perladangan dan pemandangan yang sedikit aneh bagi saya ini sangat sering akan kita temui. Jikalau kita sedikit bingung untuk akses menuju pantai greweng janganlah malu untuk bertanya kepada para petani yang sedang berada diladang, dengan senang hati mereka akan memberikan petunjuk arah kepada kita. Atau lebih mudahnya selama mengikuti jalan setapak akan ada sebuah gua di tepi kanan jalan yang berseberangan dengan aliran kecil sungai yang langsung menuju ke laut dengan airnya yang jernih dan jika kita beruntung akan dengan mudah ditemukan ikan dan udang yang cukup besar. 

Percakapan dengan teman serombongan selama perjalanan akan mengurangi rasa panas yang kita rasakan,  namun jangan lupa tetap waspada dengan jalan setapak yang kita lalui karena ada sebagaian jalan yang ditumbuhi semak belukar setinggi tubuh kita, salah-salah badan kita gatal karena tidak waspada. Walaupun kita menyusuri daerah perladangan tetapi kondisi hutan disini juga cukup lebat dan masih alami. Terlebih lagi kontur jalan yang dilapisi batuan kapur sewaktu-waktu dapat mencederai kaki kita, maka dari itu alangkah baiknya untuk memakai sepatu ataupun sandal yang kuat dan tidak licin untuk melindungi kaki ataupun anggota tubuh kita yang lain. 

river water into the sea
Aliran sungai dengan air yang jernih akan menuntun kita untuk masuk lebih jauh menyusuri hutan jati khas daerah kapur demi mencapai tempat tujuan. Untuk persiapan logistik selama berkemah kita bisa memanfaatkan air sungai ini untuk memasak. Prinsipnya satu, dimanapun kita berada ketika menemukan air, untuk memastikan semua bakteri mati haruslah dimasak sampai mendidih.  Sebuah pertigaan kecil akan menentukan langkah kita mencapai pantai greweng, kekiri atau tidak mengikuti aliran sungai berarti ini adalah jalan untuk menuju pantai sedahan. Lurus atau mengikuti aliran sungai adalah tanda bahwa langkah kita semakin dekat menuju pantai greweng. Antara pantai sedahan dan pantai greweng jaraknya memang berdekatan hanya terpisahkan sebuah batu karang bertebing. Untuk pantai sedahan tempatnya memang sedikit lebih luas dari pantai greweng, namun saya rasa kurang cocok untuk tempat camping karena daerahnya terlalu terbuka. 

Di pertigaan kecil yang membagi jalur, akan ada sebuah tempat diantara bebatuan besar yang biasanya digunakan oleh para petani untuk membersihkan diri. Sudah terpisah antara pria dan wanita, airnya yang jernih membuat sungai kecil ini juga berfungsi vital bagi para petani di daerah ini. Sekitar 200 meter setelah melanjutkan perjalanan mengikuti kelokan aliran sungai akan ada sepetak tanah yang penuh dengan rumput alang-alang setinggi lutut kita, dan di daerah ini pun ada anjing warga yang tinggal di ladang selalu menggonggong kepada orang-orang asing seperti kita ini yang akan menuju pantai greweng. Dan hal ini membuat saya takut ... hahahaha 

Sebuah area yang cukup lebat dengan tumbuhan yang padat merindangkan justru menjadi petaka buat kita, karena didaerah yang tidak terlalu luas ini banyak sekali nyamuk-nyamuk nakal kelaparan yang siap mencuri darah kita. Tidak tanggung-tanggung bukan hanya satu atau dua nyamuk yang hinggap diwajah, tangan, kaki atau bahkan anggota tubuh yang lain, tetapi puluhan nyamuk sekaligus bisa menyerang kita. Ketika berada didaerah ini saya jadi teringat sebuah novel karangan Donny Dhirgantoro yang berjudul “2”, di novel ini pemeran utamanya paling takut sama nyamuk bahkan jika si pemeran utamanya lupa membawa raket nyamuk listriknya sekujur tubuhnya bisa bentol-bentol merah. Saya membayangkan, gimana ya kalau salah satu latar dari novel “2” mengambil tempat disini, pasti mandi darah deh ... hahaha

Satu tikungan terakhir aliran sungai kecil akan membawa kita menatap hamparan pasir putih pantai yang sangat menawan. Bayangkan, di bibir pantai yang cukup luas itu tidak anda temui jejak kaki manusia. Itu artinya pantai greweng memanglah pantai tersembunyi yang masih sangat alami. Tanpa sampah, tanpa bangunan, tanpa suara bising wisatawan dan ini adalah Indonesia Bung! Bersih dan tenang adalah gambaran nyata dari pantai greweng, sebuah surga dibalik terjalnya tebing karang pantai selatan DIY. Kiri dan kanan dari bibir pantai greweng adalah sebuah tebing karang sepasang yang seolah-olah menjadi gerbang penjaga pantai eksotis ini. Untuk teman-teman yang punya keberanian untuk memanjat tebing karang, saya sarankan tidak melewatkan memanjat karang di kiri pantai greweng. Akan ada jalan setapak yang dipenuhi semak belukar sebagai pemandu menginjakkan langkah kaki lebih tinggi bahkan sampai di titik paling atas karang. Dan, anda tahu apa yang akan teman-teman lihat ??? Yap ... benar sekali, hamparan biru maha luas samudera hindia sejauh mata memandang. Sungguh luar biasa ciptaan-Mu Tuhan, we are nothing here. Sebuah candaan dari kawan, “nek renang terus mesti tekan Australia” (kalau berenang terus pasti sampai di Australia). Hahaha ...

spend the night
no one here
Tak pelak, dengan suguhan pemandangan yang luar biasa didepan mata membuat saya dan teman-teman berteriak-teriak kegirangan. Berlarian secepat mungkin demi memperebutkan status, “siapa yang lebih dulu sampai di bibir pantai”? hahaha ... Setengah tak percaya dengan keagungan Tuhan, tapi keindahan pantai greweng adalah kenyataan. Kenyataan bahwa disinilah salah satu tempat untuk bisa mencintai negeri kita Indonesia karena anugerah luar biasa dari sang Pencipta. Bolehlah, pantai greweng disejajarkan dengan Pulau Sempu di Malang Selatan atau pataya di Thailand yang katanya punya keindahan yang juga mempesona mata dunia. Jika terlalu berlebihan mungkin hanya 11-12 atau memang teman-teman semua harus membuktikan sendiri, saya pikir justru lebih menarik. Tapi, menurut hemat saya pantai greweng punya keunggulan tersendiri yaitu masih sangat-sangat alami dan masih sangat-sangat jauh dari jangkauan wisatawan. Kurang keren apa coba ??? Pikirin dua kali deh kalau mau pergi keluar negeri hanya untuk wisata sebelum teman-teman mengenal Indonesia lebih dan lebih dalam lagi. 
fresh water and sea water
Waktu tempuh dari parkir atas pantai wedi ombo menuju pantai greweng sekitar +/ - 1 jam menyusur hutan jati khas daerah kapur cukup membuat letih badan kita. Namun semua letih yang kita rasakan mulai perjalanan dari rumah sampai perjalanan menuju pantai greweng, seolah-olah hilang seketika pada saat sepasang mata ini menatap hamparan pasir putih nan bersih dari pantai greweng. Tanpa basa-basi lagi karena kita tiba di pantai sekitar jam setengah 5 sore dan belum salat, kita putuskan untuk segera menunaikan ibadah wajib ini dengan terlebih dahulu membentangkan tikar yang  kita bawa dari rumah. Aliran sungai yang jernih menjadi tempat bagi kita semua untuk membersihkan diri sekaligus berwudhu sebelum salat dimulai. Adam, selaku imam dalam salat ashar kali ini segera mengeluarkan kompas mencari arah terdekat yang menunjukkan ke kiblat. 

Dan ... for the first time saya beribadah di alam terbuka diatas pasir putih yang sangat bersih. Rasanya sungguh-sungguh berbeda really closer to God. Sebuah kutipan menyatakan, “terkadang untuk bisa lebih bersyukur, kita harus datang lebih dekat kepada Tuhan”. Ya ... di sinilah saya merasakan bahwa Tuhan itu benar-benar nyata, kita belajar bersyukur akan apa yang telah Tuhan berikan dan ciptakan.
billow
Yasinta, yang membawa kamera langsung dengan sigapnya tanpa ada komando langsung beraksi mengabadikan setiap momen spesial di pantai ini. Di sinilah kita merasa feel like a private islandkarena tidak ada orang lain yang datang ke tempat ini selain dari rombongan kita, jadi serasa pulau pribadi. Hahaha ... Yudha, yang dahulu sempat punya fair  dengan suci seakan malu-malu kucing ketika ditemukan dalam sebuah kegiatan bersama. Dengan berbagai cara mulai melancarkan aksinya untuk PDKT dengan suci. Hahaha ... peace!!! Sebelumnya saya memang tidak menceritakan kepada Yudha bahwa Suci akan tergabung dalam rombongan ini, sengaja memberi kejutan kepada si waterproof hair. Oh ... iya, panggilan akrab kami untuk si Yudha adalah nyemeg. Sedangkan mlethekadalah panggilan akrab kami untuk si calm & cool Nanda, cowok misterius untuk sebagian cewek. Saya tidak tahu darimana sebutan itu berasal, setahu saya sebutan itu sudah sejak SMA dipraktikan. Dan saya hanya ikut-ikutan karena sudah terlalu sering bersama mengarungi bahtera. Hahaha ... Namun, spesial momen menurut saya adalah setelah makan malam si Nanda dengan kreatifnya menggunting-gunting kertas minyak sisa yang tadi kita gunakan sebagai alas makan untuk dibuat kartu remi. Karena kita lupa tidak membawa kartu dari rumah, sedangkan kita mulai kebingungan untuk menghabiskan malam. Coba tebak, apa langkah selanjutnya setelah kertas di gunting-gunting ??? Seperti yang sudah bisa ditebak kertasnya akan digunakan untuk bermain kartu, namun ... tidak cukup sampai disitu, dengan teliti dan tekunnya si Nanda menggambari semua guntingan kertas sesuai dengan bentuk dan jumlah kartu remi. Hahaha ... ngakak gila !!! Cukup ampuh ternyata untuk menghabiskan malam dalam suasana keakraban. Ditemani jagung serta ubi rebus yang manis membuat suasana malam itu sungguh syahdu. Dan kobaran api unggun mempertegas bahwa semangat kita bersaudara tak akan padam. Alam adalah rumah kita, beralaskan tanah berselimutkan langit, alam mengajarkan kita tentang arti hidup yang sesungguhnya. Ya ... inilah malam yang sudah kami tunggu cukup lama. Thanks guys ...
gala dinner "asin"

“Setiap kali petualangan pasti ada kesan yang tertinggal”. Sebuah kalimat sakti yang selalu terjadi, ya ... memang benar-benar terjadi. Very best moment Suci, Yasinta, Fia, dan Zulfa ke empat ranger cewek dalam rombongan ini seharusnya bertanggung jawab penuh dalam urusan konsumsi. Namun, apakah teman-teman semua tahu apa yang telah terjadi ??? sungguh-sungguh sangat-sangat benar-benar fatal. Hahaha ... Bagaimana bisa bumbu-bumbuan dapur serta sebagian sayur justru ketinggalan di gantungan motor yang sudah beristirahat dengan tenang si parkiran pantai wedi ombo. Dan ... yang lebih mengenaskan dan tak terlupakan, sayur kangkung dan telur bebek untuk menu makan malam dimasak dengan bumbu ... ??? Apa coba teman-teman ??? clue nya “asin”. Yap ... benar sekali, kangkung dan telur bebek di masak dengan bumbu air laut. Hahaha ... sungguh tidak manusiawi sekali kakak.

Sebuah lagu dari Payung Teduh berjudul tidurlah serta laki-laki dan korek api dari Tamasya band, menjadi lagu favorit untuk Sofan, Nanda dan Yudha. Menambah ketenangan karena malam semakin tenggelam. Sebenarnya kita membawa 2 tenda untuk tidur malam itu, namun karena suasana dan angin malam tidak dingin kita putuskan untuk tidur diluar tenda. Hanya teman-teman kami yang cewek tidur di dalam tenda. Sedangkan tenda satunya dibiarkan begitu saja dengan pintu terbuka tanpa ada pengguna. Saya tidur disebelah nanda, terlentang dengan kedua bola mata tajam menatap ke langit yang sedari sore sedikit berawan dan menutupi sang bintang malam. Ditengah malam ketika tertidur saya terjaga dan dengan senangnya ketika membuka mata, awan mendung ternyata hilang dan berganti ribuan bintang dilangit seakan menemani malam kami dengan damai. Satu lagi, keagungan Tuhan sang pencipta alam raya. Great !!! Awesome !!! 

Pagi tiba ... setelah beristirahat cukup dan kewajiban sudah ditunaikan, life has begin.Jarum jam belum sepenuhnya lurus, tetapi semangat dalam hati untuk berjalan-jalan dibibir pantai dan sekitar karang sudah tak dapat dihindarkan. Berdiam dalam deburan ombak pantai greweng, memandangi halusnya pasir pantai nan putih bersih, berlari-larian, handstand, sampai berbecek-becek dengan iar laut kita lakukan semua. Hingga pada akhirnya ritual wajib ketika kita dipantai, mandi dan  mengubur diri. Hahaha ... Namun kali ini saya lah yang menjadi korban kebrutalan teman-teman rombongan. Saya dikubur dalam pasir pantai hanya disisakan kepala, dan lebih teganya saya di injak-injak. Sungguh terlalu ... 
oh ... no !!!
Puas ...!!! Benar-benar petualangan dan persahabatan yang luar biasa. Priceless !!!Terima kasih teman-teman semua. Hari ini kita belajar banyak hal akan arti persahabatan, arti kehidupan, dan arti nasionalisme. Kita belajar memahami karakter kawan, kita belajar bersyukur, dan kita belajar mencintai negeri ini ditengah-tengah krisis moral yang melanda sebagian pemimpin bangsa. Melalui perjalanan ini bukan hanya kenangan yang kita ambil, tapi jauh lebih berharga dari itu, persahabatan. 

Last but not least, I write this journey special for our friends ... Sintha dan Mas Adri yang tidak bisa bergabung dalam perjalanan ini. Semoga ikut larut dalam kebahagiaan yang kami rasakan. Untuk ibunda sintha kita do’akan semoga lekas sembuh dan selalu diberikan kesehatan oleh Tuhan. Untuk Mas Adri semoga urusan pekerjaan dan kantor semakin lancar. Amin. Semoga kita semua bisa berkumpul bersama kembali dalam keakraban yang luar biasa. Bismillah, for the next !!!With all my love, Irkham Zamzuri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar