Judul : Mereka Yang Melampaui
Waktu (Konsep Panjang Umur, Bahagia, Sehat dan Tetap Produktif)
Penulis : Sigit Budhi Setiawan dan Marlutfi Yoandinas
Penerbit : Pustaka Sempu dan Layar Nusa INSISTPress
Cetakan : Desember 2013
Tebal Halaman : 194
Penulis : Sigit Budhi Setiawan dan Marlutfi Yoandinas
Penerbit : Pustaka Sempu dan Layar Nusa INSISTPress
Cetakan : Desember 2013
Tebal Halaman : 194
Oleh : Irkham Zamzuri
“Menjadi tua, berumur panjang, sehat, dan bahagia sebagai
perokok adalah sebuah pilihan hidup.”
Menjadi sehat adalah dambaan semua manusia. Kita bisa
bebas beraktivitas, berkumpul dengan keluarga, makan enak, bisa berpikir tenang
dan bahagia. Beda ketika terserang penyakit, semua menjadi serba terbatas.
Sehat atau sakit berhubungan dengan aspek biologis, psikologis dan
sosiokultural setiap manusia. Kondisi sehat atau sakit pasti akan berpengaruh
pada efektivitas manusia yang bersangkutan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
Namun sejalan dengan modernisasi, pemahaman sakit atau
sehat tampaknya sudah mengalami pergeseran makna. Konsep sehat pun
bertransformasi, generasi orang tua terdahulu memahami sehat atau sakit dengan
makna sangat sederhana. Setelah ditemukannya teknologi di bidang kesehatan yang
semakin canggih, semaju itu pula bermacam penyakit tumbuh. Ketika segala
sesuatu sudah begitu kompleks, berbagai penyebab sehat atau sakit pun
dimunculkan. Rokok adalah salah satu benda yang selalu mengambinghitamkan.
Sigit Budhi Setiawan, menyelesaikan pendidikan S1-nya di
Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Jember, begitu pula Marlutfi
Yoandinas. Ketika buku ini diterbitkan, Marlutfi sedang menempuh pendidikan
S2-nya di Program Pascasarjana Ilmu Lingustik Universitas Gadjah Mada. Mereka
berdua menulis sebuah buku berjudul Mereka Yang Melampaui Waktu sebagai salah
satu sangkalan, tidak semua yang terkait dengan rokok itu berafiliasi pada
mudarat.
Buku ini merupakan rangkaian kisah inspiratif tentang
orang-orang yang berumur panjang, bahagia, sehat dan tetap produktif. Buku apik
yang berhasil memotret sisi-sisi paling manusiawi tentang daya hidup manusia
Indonesia, untuk melampaui waktu dengan tetap bermartabat.
Sebuah catatan perjalanan 14 kota di Indonesia untuk
menimba ilmu dari para orang tua lanjut usia. Buku ini terbagi menjadi tiga bab
utama. Kesehatan sebagai laku, merayakan hari tua, dan merawat kebahagiaan.
Dibuka dengan sekapur sirih, ikhtiar melampaui waktu, pada prolog, sedangkan
catatan akhir sebagai epilog. Dilengkapi dua film dokumenter dari sutradara
Darwin Nugraha, Mereka Yang Melampaui Waktu serta Agama, Tradisi dan Tembakau.
Orang tua lanjut usia dengan rentang umur 70-90 tahun
menjadi subjek utama, konsep panjang umur, bahagia, sehat dan tetap produktif
adalah pelengkap tak terpisahkan dari pembahasan. Ada satu hal yang sangat
menarik perhatian, yakni pengisahan yang teramat ‘mesra’ antara subjek dengan
rokok.
Semua tokoh yang kisahnya diangkat dalam buku ini adalah
perokok aktif sedari mereka remaja. Tapi toh ketika usia beranjak tua, jasmani
mereka tetap sempurna. Sebuah antitesis terhadap apa yang selama ini dipercaya
oleh masyarakat luas melalui gencarnya kampanye media. Slogan “Merokok
Membunuhmu” dengan tegas terpatahkan bersamaan hadirnya puluhan kakek-nenek
lanjut usia di buku ini.
Mereka semua adalah orang-orang yang masih memercayai
ajaran tradisional warisan nenek moyang. Mereka percaya akan adanya Tuhan
dengan jalan dan cara masing-masing. Percaya bahwa sehat dan bahagia itu
sederhana. Rasa syukur atas karunia Tuhan begitu besar, tanpa perlu menjadi
seorang yang serakah. Pola pikir sederhana itulah yang selalu mereka yakini
bisa mendatangkan kesehatan dan kebahagiaan.
Haji Toha, kakek berusia 83 tahun tersebut masih rajin ke
sawah setiap hari, selama itu pula jarinya tak luput mengapit rokok. Kondisi
fisik yang masih sehat dibuktikan dengan Surat Ijin Mengemudi yang masih aktif
sampai 2015. Tidak ada tindakan medis khusus yang dia lakukan untuk menjaga
kesehatan. Satu-satunya yang dia imani hanyalah minum air putih
sebanyak-banyaknya tiap pagi hari. Keyakinannya seluruh penyakit akan hanyut
melalui air seni dan keringat. Dari hasil bertani, Haji Toha bisa berangkat ke
tanah suci bersama istri dan juga mendirikan Yayasan Pendidikan Al Ikhlas,
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTS) dan Madrasah Aliyah (MA) di
Kabupaten Cirebon. Keyakinan dan rasa syukur kepada Tuhan membuat jiwa raganya
tetap sehat lagi bahagia, sampai berumur tua.
Pertanyaan dasar berkecamuk, jika rokok dilarang karena
dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, kenapa peredaran makanan cepat saji
berpengawet kimia tidak dipermasalahkan? Kenapa gula dan nasi yang jelas-jelas
dapat menyebabkan diabetes tidak dikendalikan? Kenapa asap-asap kendaraan yang
kalau ditakar kandungan racunnya lebih besar tidak dilarang? Kenapa hanya rokok
yang dilawan secara besar-besaran? Jika melihat upaya pemerintah sejauh ini,
‘perang’ terhadap rokok ‘dilancarkan’ secara sistematis, struktural dan masif.
Menjadi tua, berumur panjang, sehat, dan bahagia sebagai
perokok adalah sebuah pilihan hidup. Suluh—pandangan hidup—yang akan menerangi
perilaku mereka dalam mencapai tujuan hidup. Pandangan hidup perokok berumur
panjang, harusnya dilihat secara arif berdasarkan perspektif sosio kebudayaan
yang berkembang di lingkungan kehidupan mereka. Pihak-pihak yang berlawanan
seperti pemerintah, lembaga-lembaga agama, dan komunitas anti-rokok seharusnya
tak gampang menyalahkan sebuah pilihan hidup. Sangatlah tidak pantas kalau ada
salah satu pihak mengklaim bahwa suluhnya lebih baik daripada orang lain.
Bukankah Indonesia berdasar pada Bhinneka Tunggal Ika?
Sesuai yang tercantum dalam penjelasan Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata yakin, keyakinan, dan percaya mempunyai makna hampir sama.
Yaitu mengakui dengan sungguh-sungguh. Pandangan hidup tentang suatu hal pasti
menimbulkan perbedaan. Varian sudut pandang tentang keyakinan pun secara
langsung atau tidak langsung menjadi alasan mendasar. Ketika dua pendapat
berbantahan, disitu pula hakikat yakin atau percaya berjalan. Sama halnya
operasi plastik atau tidak operasi plastik, bertato atau tidak bertato, begitu
pula merokok atau tidak merokok. Bagai dua sisi mata uang, kedua sisi
berseberangan tak bisa duduk berdampingan. Tetapi semangat menjaga keutuhan
adalah keharusan. Menghargai perbedaan ialah satu ciri masyarakat toleran.
*Tulisan ini pernah dipublikasikan di situs online LPM KEADILAN. (Lihat di : http://www.lpmkeadilan.com/kehangatan-falsafah-hidup-perokok-usia-lanjut.html)
*Tulisan ini pernah dipublikasikan di situs online LPM KEADILAN. (Lihat di : http://www.lpmkeadilan.com/kehangatan-falsafah-hidup-perokok-usia-lanjut.html)
Terimakasih telah mengulas buku Pustaka Sempu, rehal buku dilansirkan ke: http://blog.insist.or.id/insistpress/?p=9130
BalasHapusRehal buku terkait ikut kami tautkan di: http://insistpress.com/katalog/mereka-yang-melampaui-waktu-konsep-panjang-umur-bahagia-sehat-dan-tetap-produktif/
BalasHapus