It’s my dream, what’s yours ???
(oh .......... Indahnya Mahameru)
oleh : Irkham Zamzuri
Desa Tumpang Rumah Pak Rusno |
Untukmu yang telah memberikan iman
Untukmu yang telah membimbing dan memberikan moral
Untukmu yang selalu menyayangi sang titipan
Untukmu yang telah mempercayai apa yang telah dan akan dilakukan
Untukmu yang selalu ada untukku
Untukmu yang selalu mengerti keadaanku
Untukmu ... wahai engkau nafas kehidupan !!!
Terima kasih untuk Tuhan, Keluarga (terkhusus Bunda), Sahabat, dan
Kawan !!! Pencapaian ini untuk membuktikan tidak sekadar bermimpi tapi
aku punya impian !!!
Kupersembahkan sebuah pencapaian mimpi melalui goresan tinta emas untuk
membalaskan semua kebaikan yang telah kalian berikan. Sebuah langkah besar telah aku
catatkan dalam sejarah perjalanan hidup untuk memberikan warna baru dalam menghadapi
fanamu. Hanya celetukan biasa yang akhirnya menjadi sebuah pencapaian luar
biasa. Ya ... warung tongseng, terminal tawangmangu ketika akan mendaki Gunung
Lawu bersama Prof. Zaid (Dosen IIUM Malaysia), celetukan ide terlontar dari
mulut salah seorang kawan yang mulai mencintai indahnya sebuah panorama sunrise
di puncak idaman. Semeru ... Semeru ... Semeru ... hanya semacam itulah kiranya
celetukan yang samar-samar terdengar di suasana terminal yang memang pada saat
itu sedang hingar-bingar antar sopir dan para penumpang yang sedang melakukan
sebuah rutinitas perputaran uang dengan hubungan mutualisme yang mereka
lakukan. Aku sendiri yang mendengar dan kebetulan punya mimpi spontan merespon
dengan riangnya. Bahasa kerennya TEGAS dan LUGAS, Ok... Cocok... Kapan...
sebuah respon yang menunjukan betapa minatnya untuk menemui sebuah mimpi yang
selama ini sudah diidam-idamkan. Sang pemberi ide tak kalah sigap untuk
membalas respon, dengan segera dia berdiri melihat sebuah kalender ... hmm ...
hmm ... hmm ... kapan yo ??? beberapa detik menunggu akhirnya dua kata terucap
dari mulutnya, “5 juli”. 5 orang saling bertatap muka memikirkan adakah
kegiatan kampus di tanggal itu, sejenak menunggu dan ............. DEAL !!!
Hanya celetukan di
warung tongseng, terminal tawangmangu inilah yang akhirnya menjadi tonggak
sejarah dalam sebuah titik awal keberhasilan untuk masa depan. Dengan berencana
sebisa kita, tetap Tuhan yang punya asa untuk menentukan apa yang pantas untuk
kita !!! Keep Dreaming for your life in the future !!! and MAHAMERU is part of my
dream !!! MAHAMERU I’m coming !!! MAHAMERU I’ll stand in your peak !!!
Dan akhirnya
inilah goresan tinta dalam mengerjar impian di Puncak Tertinggi Pulau Jawa,
Gunung Semeru dengan Puncak Mahameru 3.676 mdpl, Lumajang, Jawa Timur,
Indonesia. 5 – 9 Juli 2012 !!!
(di atas truk) Perjalanan menuju Desa Ranupane |
Preparation + keberangkatan dari Terminal Giwangan Yogyakarta
Sebelum kita benar-benar mengeksekusi apa yang menjadi impian kita,
salah satu hal dasar yang harus mendasari impian kita adalah persiapan.
Persiapan sangat dibutuhkan untuk meng set up apa yang sekiranya harus
dilakukan untuk modal menjalankan impian kita, supaya lancar dari berangkat
hingga pulang sampai tujuan. Jauh-jauh hari sebelum hari H gambaran setengah
sempurna tentang impian kita mulai tersosialisasikan ke teman-teman yang punya
hobby sama untuk menjemput impian di Puncak Mahameru. Rencana awal hanya 8
orang yang akan fix berangkat ke semeru, namun menjelang hari H ada rombongan
lain yang masih satu fakultas dan ternyata mereka berminat gabung dengan kita.
8 orang di tambah 6 dari kelompok lain, akhirnya kita menyatu menjadi sebuah
team untuk bersama-sama menjemput impian yang sama di Puncak Mahameru. Dengan
14 orang di team kita mulai mematangkan apa yang sekiranya perlu kita bahas
untuk mensukseskan impian kita di Mahameru, mulai dari perlengkapan pribadi,
perlengkapan kelompok, budgeting untuk transport + akomodasi (makan dan uang
aman), sampai schedule dan selayang pandang tentang medan pendakian. Dan inilah
beberapa uraian tentang persiapan that have we done :
1.
Perlengkapan
pribadi
v Carrier
v Daypack
v Matras
v Sleeping Bag (SB)
v Sepatu hiking
v Sandal gunung (untuk back up)
v Kaos kaki tebal (min 2 pasang)
v Gaiter
v Headlamp
v Balaclava/ slayer
v Goggles (kacamata hitam) + kacamata bening
v Jacket (windstopper atau waterproof)
v Raincoat
v P3k lengkap pribadi
v Sarung tangan
v Pakaian ganti, (min 3 pasang)
v Minuman 3 lt
v Makanan berat (sesuai schedule 2, 3 atau 4 hari pendakian pp beras
dan sayur)
v Snack (gula merah, coklat atau yang manis2 untuk doping, roti)
v Makanan dan minuman siap saji (bubur sun, super bubur, mie, sarden,
jahewangi, kopi)
v Peralatan mandi
v Kompor lapangan + parafin (untuk back up)
v Toolkit
v Kamera
v Surat keterangan sehat (fc 2x)
v ID (KTP/KTM/Kartu Pelajar) (fc 2x)
2.
Perlengkapan
kelompok
v Dome
v Kompor portable
v Nesting/ trangea
v Materai 6.000
v Trash bag/ Plastik besar untuk tempat sampah
3.
Budgeting
a.
Transport
·
Terminal
Giwangan Yogyakarta – Terminal Bungurasih Surabaya (bus ac tarif biasa
(ekonomi) = @ Rp 34.000,00 (x 2 pp)
·
Terminal
Bungurasih Surabaya – Terminal Arjosari Malang (bus ac tarif biasa (ekonomi) = @
Rp 10.000,00 (x 2 pp)
·
Terminal
Arjosari Malang – Kecamatan Tumpang malang (sewa angkot) = @ Rp 10.000,00 (x 2
pp)
·
Kacamatan
Tumpang Malang – Desa Ranupani (sewa truck atau hardtop) = @ Rp 30.000,00 (x 2
pp)
·
Parkir
sepeda motor di Terminal Giwangan Rp 13.000,00 (6 hari)
b.
Akomodasi
·
Makan
siang di Terminal Arjosari Rp 10.000,00
·
Makan
sore di Kecamatan Tumpang Rp 10.000,00
·
Makan
malam di Desa Ranupani Rp 14.000,00
·
Makan
pagi di Desa Ranupani sebelum pendakian Rp 14.000,00
·
Makan
siang di Desa Ranupani setelah pendakian Rp 10.000,00
·
Makan
malam di Terminal Bungurasih Surabaya Rp 10.000,00
c.
Uang
aman
·
Pembelian
kenang-kenangan di Desa Ranupani setelah Pendakian :
Ø Harga kaos Mahameru Product dari Ki Rangan Rp 65.000,00
Ø Harga emblem besar Rp 10.000,00 emblem kecil Rp 5.000,00
Ø Harga PIN Rp 5.000,00
·
Uang
sebagai pegangan Rp 100.000,00 – Rp 300.000, 00
4.
Schedule
v Kamis, 5 Juli 2012
·
00.30
– 09.00 = T. Surabaya
·
09.00
– 11.00 = T. Malang
·
11.00
– 13.00 = ishoma
·
13.00
– 14.00 = Kecamatan Tumpang
·
14.00
– 16.00 = ishoma + checking
·
16.00
– 18.00 = Desa Ranupani
·
18.00
- ... = suasana Ranupani
v Jum’at, 6 Juli 2012
·
09.00
– 15.00 = ranukumbolo
v Sabtu, 7 Juli 2012
·
10.00
– 15.30 = kalimati
·
15.30
– 22.30 = ishoma
·
22.30
– 24.00 = preparation to summit attack
v Minggu, 8 Juli 2012
·
00.00
– 05.00 = summit !!!
·
05.00
– 08.00 = take a photos
·
08.00
– 10 .00 = kalimati
·
10.00
– 15.00 = break
·
15.00
– 17.00 = ranukumbolo
v Senin, 9 juli 2012
·
07.00
– 10.00 = desa ranupani
·
12.30
– 14.30 = kecamatan tumpang
·
16.30
- ... = back to Yogyakarta
v Selasa, 10 Juli 2012
·
05.00
- ... = sampai di Terminal Giwangan Yogyakarta
5.
Selayang
pandang
Seorang bijak berkata, “kalau kita mau datang ke suatu tempat
baru, kita harus tahu informasi dari tempat baru itu agar kita bisa lebih
mencintai budayanya”. Tapi bukan culture atau budaya yang akan dibahas
disini karena tujuan kita pergi ke Gunung Semeru bukan untuk berwisata di kota
budaya semacam Solo atau Jogja. Maka dari itu supaya sesuai dengan tujuan kita
pergi ke Gunung Semeru, seluk beluk informasi yang ada tentang Gunung Semeru
harus kita kuasa dengan baik. Mulai dari cara menjangkaunya dari luar kota,
transportnya bagaimana, keadaan medannya seperti apa, bagaimana regulasinya,
dsb. Saya kira dengan sedikit menguasa seluk beluk daerah baru yang akan
menjadi tujuan kita, rencana perjalananpun akan berjalan lebih mantap. Inilah
gambaran singkat Gunung Semeru :
Gunung
Semeru atau Sumeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Kawah
di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloka. Semeru
mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Posisi gunung ini terletak di antara wilayah administrasi Kabupaten
Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55'
BT. Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 M
hingga akhir November 1973. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava
mengarah ke sisi selatan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di
Lumajang. Gunung ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Taman Nasional ini terdiri dari pegunungan dan lembah seluas 50.273,3
Hektar. Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera Gn.Tengger antara lain;
Gn.Bromo (2.392m) Gn. Batok (2.470m) Gn.Kursi (2,581m) Gn.Watangan (2.662m)
Gn.Widodaren (2.650m). Terdapat empat buah danau (ranu): Ranu Pani, Ranu
Regulo, Ranu Kumbolo, Ranu Darungan. Flora yang berada di Wilayah Gunung
Semeru beraneka ragam jenisnya tetapi banyak didominir oleh pohon cemara, akasia, pinus, dan jenis Jamuju. Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominir oleh Kirinyuh, alang-alang, tembelekan, harendong dan Edelwiss putih, Edelwiss yang banyak terdapat di lereng-lereng
menuju Puncak Semeru. Dan juga ditemukan beberapa jenis anggrek endemik yang hidup di sekitar Semeru Selatan. Banyak fauna yang menghuni
gunung Semeru antara lain : Macan Kumbang, Budeng, Luwak, Kijang, Kancil, dll. Sedangkan di Ranu Kumbolo terdapat Belibis yang masih hidup liar. (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Semeru)
Perjalanan ke Malang
Setelah paham tentang bagaimana persiapan dan ringkasan singkat
dari penjemputan mimpi di Gunung Semeru, tiba saatnya untuk mengenalkan siapa
personil yang akan berangkat ke medan pendakian Gunung Semeru. Alam (FH UII, sang fotografer), Angga
(FH UII), Apep (FE UII), Boni (FH UII), Fahmi (FH UII), Faza (FE UII), Irkham
(FH UII, Leader), Muhsin (FH UII, chef), Munir, Okky (SMA, Bengkulu, saudara
Redho), Owy (FH UII), Randy (FH UII), Redho (FH UII), Yoga (FH UII).
Sebelum kita lanjutkan, satu yang perlu diingat kita berangkat ke Gunung Semeru
atas nama pribadi atau independent bukan atas nama kampus !!! Right !!! (supaya
tidak menimbulkan kesalahpahaman, harap pemakluman)
Waktu itu, Kamis, 5 Juli 2012 jam 00.30 WIB kita berangkat dari
Terminal Giwangan Yogyakarta dengan menggunakan bus malam ac tarif biasa
(ekonomi) kita sengaja mencari bus yang agak murah tapi tidak murahan untuk
menghemat budget kita selama proses perjalanan dan nanti pendakian. Tepat pukul
00.30 kala itu bus berangkat menuju Surabaya, mungkin banyak yang
bertanya-tanya kenapa mau ke Malang dari Jogja harus transit di Surabaya, emang
gak muter-muter dab ...??? sabar ... sabar ... woles ,,, sebenarnya ada
beberapa alternatif menuju Malang dari kota Yogya, alternatif pertama inilah
pilihan kita tapi memang waktu perjalan agak sedikit membengkak karena
hitungannya kita memang harus sedikit muter-muter terlebih dahulu. Alternatif
kedua adalah kita tetap berangkat dari Terminal Giwangan Yogyakarta dengan bus
ac tarif biasa tapi nanti kita turun ki kota Jombang, kemudian mencari bus
Puspa Indah yang ke Terminal Randungsari, Batu Malang dengan cara ini kita bisa
menghemat waktu 3-4 jam untuk mencapai Malang jika dibandingkan dengan
alternatif pertama tapi sayangnya trayek terakhir bus Puspa Indah dari Jombang
yang menuju ke Terminal Randungsari adalah jam 17.00 WIB maka dari itu terserah
kita bagaimana mau mengatur waktu perjalan sesuai dengan minat dan kebutuhan
paling nyaman yang penting dibuat happy saja. Alternatif ketiga dan inilah yang
paling nyaman dan tidak perlu repot, dari Terminal Giwangan Yogyakarta kita
bisa menggunakan bus patas yang langsung menuju Malang tapi ya memang setiap
yang baik pasti ada kekurangan, setiap yang kurang ada kelebihan pastilah kalau
kita menggunakan patas langsung tolak ke Malang tanpa stop-stop di tengah jalan
budget selama perjalanan harus kembali dipertimbangkan. Nah ... ada tiga
alternatif untuk mencapai Malang dengan bus, kalau punya budget yang sedikit
lebih dan ingin mencari yang nyaman optional ketiga bisa dieksekusi, namun bila
budget sedikit tipis atau pas-pasan tidak perlu khawatir masih ada optional
pertama dan kedua untuk melanjutkan impian menjemput Mahameru.
Sekitaran jam 09.30 kita baru mencapai kota Surabaya yaitu di
Terminal Bungurasih, sebuah perjalanan yang sebenarnya diluar kuasa kita.
Rencana kita adalah perjalanan dengan optional kedua namun karena ada sedikit
permainan lidah dari agen bus yang kita tumpangi, seolah optional kedua adalah
pilihan mustahil yang tak mungkin di ambil. Perjalanan ke Surabaya inipun
memakan waktu yang sungguh sangat lama menurut saya, entah memang ini sudah
wajarnya atau memang sopirnya yang kurang lincah mencari celah di tengah dan
pinggir liukan jalan, hanya sopir yang tahu karena selama perjalanan dari Jogja
ke Malang mata saya selalu terpejam menikmati mimpi ditengah perjalanan. Tanpa
membuang banyak waktu di Terminal Bungurasih Surabaya, kita pun segera
melanjutkan perjalanan menuju Malang karena siangnya sudah mulai ganas
menyerang. Dengan cara yang sama, bus ac tarif biasa murah tapi bukan murahan
akhirnya kita bisa melanjutkan perjalanan menuju kota Malang, singkat kata
karena selama 2 jam kita tidak mendapat tempat duduk yang nyaman di dalam bus
kita sampe di Terminal Arjosari Malang sekitaran jam 11.30. Mual Pusing Capek
atau MPC adalah 3 hal yang sudah menjadi teman selama perjalanan dan hal itu
tidak pernah bisa saya hilangkan dari rangkaian perjalanan menuju Malang.
Sembari istirahat di Terminal Arjosari jeruk panas pun menjadi pembuka untuk
menghilangkan Mual Pusing dan Capek setelah perjalanan panjang dan sebutir
promag pun tertelan di lambung untuk penetral keadaan yang semakin tak nyaman.
Lagi enak-enaknya duduk istirahat calo angkot pun mulai berdatangan tanpa
kenalan seolah kita semuapun sudah menjadi seoarang teman dalam balutan
perputaran uang terminal. Rp 10.000,00 adalah harga yang deal untuk
mengantarkan kita ke starting point penjemputan impian di Mahameru, kecamatan
Tumpang. Namun sebelum kita melanjutkan petualangan ke daerah Tumpang rutinitas
bandung dua padatpun (makan) harus segera di kondisikan mengingat tenaga yang
sudah mulai berkurang dan melemah. Semangkuk bakso panas dengan kuah pedas
menjadi penengah keadaan memanas di dalam lambung yang sedari dinihari belum
terisi ulang. Setelah dikira cukup untuk beristirahat, titik selanjutnya adalah
Kecamatan Tumpang dan angkot yang sedari tadi sudah menghadang mulai menggiring
kita menuju tempat duduknya dengan suasana panas mengganas. Satu hal yang
membuat saya takjub, heran dan tak habis pikir adalah 14 carrier yang kami bawa
diletakkan diatas angkot tanpa seutas talipun mengikat mereka. Berkecamuk
dengan satu pertanyaan sampai akhir perjalanan, bagaimana bisa barang bawaan
kami yang menjadi calon nyawa kami nanti aman tanpa seutas tali di atas atap
angkot yang kami tumpangi. Sempat berandai-andai dengan keadaan kalau jatuh
bagaimana kita kan tidak tahu, kalau nanti menimpa pengguna jalan dibelakang
kami gimana, hal-hal aneh itulah yang selalu terbayang jika mengingat itu
keadaan. Sopir dan kenek yang ahli , atau aku yang sok kagum dengan hal baru
??? J
Sejam perjalanan kitapun sampai di Kecamatan Tumpang, yang
merupakan starting point penjemputan impian di Mahameru. Dan ... carrier
kitapun aman di atap angkot tanpa jatuh, tanpa geser padahal kita tahu itu
semua tanpa seutas tali. Satu kata dab ...,”incredible”. Di Tumpang sini
kita sudah mempunyai tempat untuk beristirahat dan melakukan persiapan sebelum
melanjutkan perjalanan ke Ranupani yang merupakan desa terakhir di lereng
Gunung Semeru. Ranupani adalah sebuah danau, yang letaknya di bawah base camp
pendakian Gunung Semeru dan di basecamp inilah nantinya kita melakukan
registrasi untuk melengkapi admistrasi sebelum melakukan pendakian yang
sesungguhnya. “Kudusan, RT 04 RW 06, Tumpang, Tumpang, Kab.Malang. Kode Pos
65156, no.52 atas nama Pak Rusno, cp (0341) 789162” di sinilah biasanya
para pendaki yang sudah mempunyai channel beristirihat, bersiap-siap dan
memenuhi amunisi untuk melakukan pendakian di Gunung Semeru. Tempat ini dapat
ditempuh dari Terminal Arjosari Malang dengan menumpang angkot, dan langsung
saja bilang kepada sopir angkotnya tempatnya Pak Rusno belakang pasar Tumpang
hampir semua sopir angkot di daerah itu mengetahui dimana rumah Pak Rusno.
Selain rumahnya terkadang digunakan sebagai tempat transit sementara oleh para
pendaki, Pak Rusno juga merupakan anggota paguyuban sopir truck dari Tumpang ke
Ranupani maka dari itu untuk yang tidak mau repot dan yang masih melakukan
pendakian perdana di Gunung Semeru tempat Pak Rusno kami rekomendasikan untuk
teman-teman semua yang mempunyai hobby dan impian yang sama penjemputan impian
di Gunung Semeru. Dibelakang rumah Pak Rusno terdapat pasar Tumpang sangat
cocok untuk pendaki yang merasa amunisi pribadi ataupun kelompoknya belum
lengkap bisa dilengkapi disini mengingat harga yang miring dan bisa tawar
menawar ala pedagang di pasar tradisional. Satu hal lagi yang tersedia disini,
Puskesmas Tumpang yang buka selama 24 jam untuk teman-teman yang belum punya
surat keterangan sehat dari dokter bisa mencari disini namun khusus untuk
pelayanan pencarian surat keterangan sehat dari dokter hanya dilayani sampai
jam 18.00 saja. Untuk hal ini saya lebih merekomendasikan supaya teman-teman
melengkapi semua persyaratan dari rumah masing-masing.
Ba’da sholat Dzuhur dan Ashar yang saya jama’ qashar takhir
sekitaran jam 16.00 kita meluncur ke desa Ranupani dengan diantar oleh Pak
Rusno dengan trucknya yang sudah hafal dan paham dengan keadaan medan menuju
Ranupani yang dikenal ekstrem untuk dilalui. Bersamaan dalam rombongan kami ada
satu rombongan dari Jogja juga yang beranggotakan 7 orang dan satu rombongan
lagi dari jakarta yang beranggotakan 4 orang. Jadi total pendaki dalam truck
yang kami tumpangi dari rumahnya Pak Rusno adalah 25 Pendaki, sedikit miris
juga satu truck 25 orang dengan masing-masing orang membawa carrier penuh,
sesak dan berjubel itulah suasana pada saat itu. Terlebih lagi medan yang kita
lalui berkelok-kelok dan kiri kanan jurang yang sangat tajam tanpa pembatas
jalan. Setelah jalan aspal habis yang kita jumpai adalah jalan beton yang sudah
mulai hancur dengan debu yang luar biasa pekat setelah dilalui truck dan debu
setebal itu cukup membuat mata tidak bisa melihat apabila posisi kita tepat
berada di belakang truck. Yang lebih ekstrem lagi saat perjalanan suasana sudah
mulai gelap tanpa ada lampu penerangan di kanan kiri jurang. Jika sopir tidak
mahir salah-salah kita ... ??? astagfirulloh ... sambil berdo’a diatas truck
dan penuh ketegangan perjalanan terus dilanjutkan Tumpang, Gubugklakah, Ngadas,
Lembah Jemplang, Bantengan dan akhirnya sampai di Ranupani setelah 2 jam perjalanan
menegangkan. Di sekitaran Lembah Jemplang kita bisa melihat betapa indahnya
pemandangan lembah yang begitu dalam, hijau dan menakjubkan jika tidak
terhalang olah kabut ataupun awan. Lembah Jemplang adalah salah satu jalan yang
bisa ditempuh menggunakan hardtop/jeep atau motor trail untuk menuju ke kawasan
Gunung Bromo. Suhu udara di Ranupani sudah sangat ekstrem dan berbeda dengan
suhu udara yang ada di Tumpang. Dingin sudah menyerang menusuk sampai tulang
rusuk di Ranupani tapi sesuai dengan standar dasar pendakian hal pertama yang
harus kita lakukan jika terjadi perbedaan suhu adalah aklimatisasi atau
penyesuaian suhu, tanpa harus langsung memakai jaket atau baju yang hangat tapi
berjalan-berjalan dengan baju yang menempel dan merasakan terpaan udara dingin
sebagai ucapan selamat datang di Ranupani yang merupakan basecamp pertama dalam
pendakian Gunung Semeru. Juli tahun ini adalah puncaknya musim kemarau di
Indonesia maka dari itu dinginnya malam yang menghantam tak bisa tidak
dirasakan. Terlebih 2 hari sebelum pendakian ada info yang masuk ke kami, suhu
udara di Ranukumbolo sempat -20C sontak sedikit salju pun turun kala
itu. Hal apapun itu tidak perlu kita khawatirkan secara berlebihan, yang paling
penting adalah persiapan kita untuk kesana benar-benar matang. Insyaalloh kita
pun juga akan aman !!! AMIN !!! Saatnya untuk istirahat ...
Perjuangan dimulai ...
Dingin yang begitu terasa di seluruh raga membuat malam itu terasa
sangat lama. Beralaskan matras berselimutkan SB dan beratapkan seng tetap saja
dingin yang sedari petang menyerang tak segera pergi meninggalkan kita
sekalian, selalu terbangun dengan keadaan setengah sadar karena memang keadaan
tak begitu nyaman. Walaupun sudah di dalam basecamp yang notabene hal semacam
itu sebenarnya bisa dikategorikan sebagai hal yang begitu nyaman dalam keadaan
serba kekurangan, sungguh sergapan selamat datang yang luar biasa menantang
untuk menyambut 3 hari kedepan. 14 orang bergumul, berdesakan, saling
menempelkan badan sebagai isyarat bahwa kita semua harus saling menghangatkan
untuk melawan dinginnya malam. Bila kita tidak bisa membuat tidur kita nyaman,
sungguh ini adalah malam yang akan berlalu dengan panjang. Kala itu jum’at jam
02.00 mata ini terbuka, terjaga dari tidur pikiran ini pun masih sedikit resah
dan belum tenang dengan keadaan. Astagfirulloh ... sholat maghrib dan isya !!!
Dengan jalan gelap tanpa penerangan, ku beranikan diri ini berjalan sendiri
untuk mencari cahaya terang dari Tuhan. Menuju sebuah mushola kecil di basecamp
Ranupani, disertai mulut yang sedari tadi menggigil membuat nyali ini sempat
ciut untuk segera sujud. Lantai di mushola pun ikut menyapa kita, nyess ...
sapaan selamat malam untuk telapak kaki yang terbuka dari bungkusnya. Terlihat
beberapa rombongan yang tadi sore berangkat bersama kita dari Kecamatan
Tumpang, terlentang tengkurap saling bertempelan tak jauh berbeda dengan apa
yang kami lakukan di basecamp. Kira-kira 10 menit telah berlalu, tanpa
basa-basi dengan tenaga malam yang
tersisa segara berlari kembali di basecamp untuk melajutkan tidur malam.
Suara dengkuran dari teman-teman satu rombongan yang memang kelelahan terdengar
seakan saling bersautan, beriringan, berirama senada.
Jam 05.00 pun saya kembali terbangun, segera bergegas menuju tempat
pemujaan di suasana yang sedang tak berpura-pura. Menolehkan pandangan kebawah
membuat mata ini takjub, sekali lagi takjub dengan indahnya ciptaanNya yang tak
terdua. Ranupani di suasana sebelum cahaya hanya terlihat kabut tebal yang
dengan segera membumbung mengarah ke awan, seakan tak terlihat airnya yang
memang tenang bagaikan daratan es batu tebal yang sedang mengembun menuju
penampakan sang fajar. Setelah kewajiban selesai, pikiran ini pun mulai mencari
akal untuk menghangtakan badan. Ternyata di samping kantor administrasi ada
dapur di salah satu rumah warga yang mulai menyala, spontan naluri ini membawa
saya ke perapian untuk mencari sebuah kenikmatan, betapa berharganya hangat
ataupun panas kala itu. Berbeda dengan lingkungan normal kita, disaat kita
mendapat cahaya panas yang sedang ataupun lebih mulut ini tak bisa digunakan
untuk mengucap syukur nikmat atasNya justru hujatan dan cacian tak bermoral
sengaja untuk diarahkan. Di dapur yang memang cukup luas dan saya pikir ini
sengaja di desain untuk tujuan semacam ini, sebuah tungku dengan api kayu yang
besar diletakkan di tengah sehingga kita semua bisa mengatur posisi melingkar untuk
mendapatkan kenikamatan yang benar-benar nikmat kala itu. Dengan rombongan lain
yang baru tiba atau pun dengan orang2 semacam kita semua jadi satu tertumpu
pada sebuah tungku yang menjadi salah satu penyambung nyawa kala itu. Makin
lama nampaknya tempat ini makin diminati oleh para teman seperjuangan.
Nampaknya fajar mulai bersinar sebagai tanda bahwa dinginnya malam akan segera
menghilang dan bergantikan siang yang ganas menantang. Beberapa rombongan lain
terus berdatangan dengan beragam kalangan. Para pendaki yang kelihatannya sudah
berkepala 5, bahkan ada yang belum genap satu kepala. Sungguh luar biasa
peminat dari tantangan yang ditawarkan alam Semeru. Sebagian sarapan, sebagian
berjemur mencari terpaan sinar, sayapun mengurusi administrasi pendakian di
kantor. Melengkapi berkas-berkas yang diberikan oleh petugas di pos kantor
TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru), mulai dari kondisi kesehatan
sampai ID masing-masing pendaki harus benar-benar jelas, logistik, dan beberapa
perkap tambahan. Sambil mengantri di papan pengumuman tertempel daftar korban
dari Keganasan Gunung Semeru, mulai dari korban sekarat sampai wafat lengkap
tertempel dengan jelas. Sebuah peringatan dini yang tersirat, bahwa kita harus
tetap berangkat dan pulang dengan selamat. Setelah menandatangani surat
pernyataan bermaterai 6.000, yang menyatakan bahwa pendakian resmi hanya
diijinkan sampai kalimati, selebihnya bukan tanggung jawab kami. Memang inilah
salah satu regulasi di Gunung Semeru, jika kita ingin mencapai arcapada dan ke
puncak semua resiko berada di tangan kita sendiri. Administrasi pendakian beres
saatnya bagi saya untuk re-packing memasukan dan merapikan barang bawaan yang
sempat keluar semalam untuk pengantar mimpi indah sebelum berjuang di medan
Semeru.
Tanpa disadari ternyata jam hampir menunjukan pukul 09.00, padahal
tinggal saya sendiri yang belum sarapan. Mumpung masih ada waktu untuk sarapan,
akhirnya saya ke warung sambil berfikir inilah kesempatan terakhir makan yang
nyaman setidaknya untuk tiga hari kedepan. Semua anggota dari team nampaknya
sudah siap berkumpul di bawah tiang bendera di depan tugu kecil bertuliskan
basecamp Ranupani. Detik-detik terakhir sebelum prosesi penjemputan impian di
Mahameru benar-benar dimulai hal wajib yang harus diperhatikan adalah checking.
Checking Covering Everything !!! Setelah check logistik, perkap,
administrasi, serta fisik lengkap saatnya kita untuk melingkarkan dan
merapatkan barisan. Meminta kepada yang kuasa Sang Pencipta Mahameru, minta
restu, minta ijin, minta jalan semoga Tuhan memberkati prosesi penjemputan
imipian ini di Mahameru. Berdo’a sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan
masing-masing dimulai ...
Basecamp Ranupane |
The Real Execution ...
Tepat 09.30, cuaca yang bersahabat nampak-nampaknya akan mengiringi
perjalanan kita menyusuri indahnya perjalanan menuju Mahameru yang merupakan
puncak tertinggi di tanah Jawa, yang juga di kenal sebagai puncaknya Para Dewa.
Terinspirasi dari lagunya Dewa 19 yang berjudul Mahameru dengan mendengarkan
lagu ini apa yang kita citakan di Mahameru akan selalu terbayang dan terkenang
dengan damai didalam lubuk sanubari. Untuk mencapai apa yang dikatakan para
pendaki terdahulu tentang panorama di Gunung Semeru, kita bisa menggunkan dua
jalur resmi yang biasanya wajar untuk digunakan. Yaitu jalur watu rejeng dan
Gunung Ayek-ayek, dua spot inilah yang akan menjadi saksi bisu dari awal dan
akhir perjalanan kita. Watu rejeng adalah jalur pendakian yang relatif landai
dan bisa digunakan untuk sedikit bersantai. Untuk mencapai camp Ranukumbolo
bila melewati jalur ini kita membutuhkan waktu tempuh sekitaran 6 jaman,
sekitar 3 – 4 jam dari Ranupani menuju watu rejeng setelah itu dari watu rejeng
ke ranukumbolo sekitaran 2 jam perjalanan. Bila kita hendak menggunakan jalur
Gunung Ayek-ayek, waktu tempuh kita hanya sekitaran 4-5 jam.an untuk mencapai
ranukumbolo namun track awal yang menantang dari jalur ini membuat sebagian
besar pendaki enggan menggunakan jalur ini untuk keberangkatan, pasalnya bisa
dipastikan tenaga kita akan terkuras di jalur ini padahal apa yang dinamakan
Mahameru masih jauh didepan sana. Dari pos Ranupani kalau ingin mengambil track
watu rejeng kita bisa mengikuti jalan aspal yang menuruni ladang penduduk,
namun bila hendak menggunakan jalur Gunung ayek-ayek bisa bisa mengambil jalan
beton di depan pos ranupani. Ranupani –
watu rejeng, kita akan menemui dua pos setelah pos kedua kita baru akan tahu
mana yang dinamakan watu rejeng. Watu rejeng adalah sebuah jembatan yang
terletak antara pos 2 menuju ke pos 3, sebuah jembatan yang terbuat dari kayu
namun aman untuk dilalui. Sepanjang perjalanan tak banyak yang bisa diceritakan
karena kabut terburu datang menutupi pandangan sehingga membuat jangkauan
pandangan kita sangat terbatas. Bersamaan dengan para pendaki lain, jalur watu
rejeng begitu rame lalu lalang para pendaki yang hendak naik ataupun yang
turun. Dua hal yang membuat mata terbelalak adalah betapa kuatnya stamina para
pendaki sejati dari luar negeri walaupun membawa carrier yang besar namun cara
jalan mereka seolah tak ada beban, santai, lepas, melayang. Serta tenaga para
warga lokal yang mengadu nasib demi rupiah mempertaruhkan seluruh tenaga mereka
menjadi seorang porter, dengan beban yang luar biasa masih sanggup berjalan
dengan lantang tanpa ada keraguan menyertainya. Rp 100.000,00/ hari itulah
budget yang dipatok oleh para porter, sudah termasuk service membawa carrier,
mendirikan tenda dome, serta mencari kayu bakar untuk penghangat badan ketika
petang menjelang. Sungguh perjuangan yang luar biasa demi sesuap nasi untuk
keluarga. Salute !!!
Setelah kita menyeberangi jembatan yang panjangnya sekitar 4 meter
itu, kita akan segera menemui pos ketiga. Namun kondisi dari pos ini sudah
roboh dan terburuk dari 2 pos lainnya. Hampir semua rombongan beristirahat di
samping pos ini yang ada sedikit ruang untuk kita bisa rebahan. But damn !!!
disaat kita sedang istirahat dengan kondisi yang lapar, tepat disamping
kita ada rombongan keluarga besar yang nampaknya tujuan mereka ke Gunung Semeru
adalah berwisata keluarga di ranukumbolo. Terbukti dengan banyaknya anak-anak
yang saya perkirakan dibawah usia 10 tahun yang ikut serta dalam rombongan.
Tanpa sungkan porter yang menyertai rombongan ini membagikan makan siang berupa
nasi bungkus, tanpa basa-basi keluarga itupun makan dan kita sendiri hanya bisa
melihat dan membuat suara untuk mencari perhatian. J tak ada kata sungkan di hutan !!! prinsip aneh ... Dari titik di
pos 3 inilah, The Real Execution to ranukumbolo will be held, sebuah tanjakan
berdebu curam yang sangat terjal menanti. Butuh slayer dan goggles untuk
melalui tempat ini agar mulut dan saluran pernafasan kita terlindungi dari
debu-debu beterbangan sepanjang jalur pendakian. Ini memang kabar buruk untuk
menggapai ranukumbolo, namun inilah tanjakan terakhir sebelum kita melihat
ranukumbolo saya sebut ini kabar baiknya. Jikalau kala itu tidak berkabut
setelah kita melewati hard track kita akan bisa melihat ranukumbolo dari atas,
namun sayang seribu sayang pemandangan ranukumbolo dari atas tak dapat
tersaksikan. Namun tak apa dengan rahmad Sang Kuasa setelah kita sampai di pos
4 ranukumbolo, serentak kabut yang tadi menutupi pandangan mulai menghilang
seolah membuka pandangan dari kedua bola mata, sub’hanalloh ... Maha Indah
Ciptaan-Mu Ya Rabb ... Ranukumbolo for the first time !!! Great Moment !!!
unforgettable !!! Ranukumbolo adalah sebuah sebuah spot basecamp yang
terletak di lembah antara beberapa bukit mengelilingi, maka dari itu untuk
mencapai ranukumbolo dari pos 4 kita harus menuruni bukit dan kemudian
mengitari ranukumbolo tempat tujuan kita adalah camp di sebelah barat
ranukumbolo. Dengan harapan pagi hari ketika fajar menyingsing, kita dapat
melihat sunrise sebagai pemandangan pembuka sebelum kita melanjutkan
penjelajahan penjemputan impian di mahameru...
Ranu Kumbolo |
Terpaan malam ranukumbolo ...
Tepat jam 15.00 kita mendarat dengan selamat, setelah melakukan
pendakian yang cukup melelahkan untuk menuju ranukumbolo. Tanpa buang-buang
waktu hal pertama yang harus dilakukan adalah bongkar carrier. Nesting, kompor,
logistik, tenda dome harus dikeluarkan satu persatu. Dan pembagian tugaspun
segera dilaksanakan ada yang memasak, ada yang mengumpulkan logistik, ada yang
mendirikan tenda dome dengan tujuan kepentingan kelompok segera beres sehingga
waktu yang tersisa akan segera bisa digunakan untuk istirahat. Setelah sebagian
tugas selesai ada yang pergi mencari kayu bakar untuk perapian nanti malam
sebagai penghangat badan dan pengusir kemungkinan hewan liar. Setelah mie,
sayur dan nasi matang akhirnya kita semua bisa makan bersama-sama beralaskan dengan
kertas minyak semua tangan maju mencari sesuap nasi untuk mulut mereka
masing-masing. Belum ada 15 menit, makanan yang begitu banyak habis rantas, tak
tersisa. Namun beberapa saat setelah pesta makan, gerimis turun di ranukumbolo
membuat suasana yang tadi riang sedikit kurang tenang karena keadaan yang
datang kurang mengenakkan. Berhubung saya masih pemula, Semeru barulah
pendakian ke 5 saya setelah lulus SMA namun dari beberapa pengalaman saya, camp
di Ranukumbolo adalah camp termewah selama saya mendaki. Di sini tersedia dua
buah bangunan yang cukup megah, yang satu sudah cukup tua tapi masih layak
untuk keadaan alam seliar Semeru. Yang satunya sangat megah untuk ukuran camp
di gunung, benar-benar perawatan yang luar biasa dari TNBTS. Sebuah bangunan
persegi panjang dengan ukuran 12 x 6 m saya perkirakan, lengkap dengan atap dan
dinding yang berdiri tegap. Bahkan di dalam ruangan ada dipan untuk tempat
tidur, sungguh fasilitas yang tak ada duanya di gunung lain. Berhubung gerimis
yang turun tak kunjung reda 2 tenda dome dari rombongan kita yang tanpa pelapis
fly sheet, kita pindah di teras bangunan megah yang memang waktu itu, kita
adalah orang pertama yang memakai tempat. Para pendaki yang sudah sampai dari
tadi memilih tetap menggunakan dome mereka beralaskan tanah beratapkan langit. Petang menjelang, api unggun segera kita nyalakan untuk teman
dikala gelap dan dinginnya kabut yang mulai menyerang. Semakin malam udara yang
diberikan oleh lembah ranukumbolo semakin menusuk, tak kuat rasanya kita untuk
berlama-lama menjamu malam di ranukumbolo dengan mata terbuka. Harus segera
masuk tenda dan beristirahat ... beberapa saat saya beristirahat dinginnya
udara di ranukumbolo memang tak bisa dihindari, walaupun sudah di dalam tenda
dome, beralaskan matras, dan berselimutkan SB tetap saja itu semua semacam
nihil. Karena tidak bisa nyenyak dalam beristirahat sekitaran jam 02.00 saya
terbangun lagi dan memutuskan untuk meninggalkan dome dan masuk kedalam ruang
memilih untuk berdesak-desakan supaya bisa memaksimalkan istirahat malam ini.
Seorang pepatah berkata. “pucuk dicinta ulampun tiba” hal ini saya alami ketika
pindah kedalam ruangan, ternyata teman saya satu rombongan ada yang sedang
membuat makanan cepat saji dan kopi. Dengan riangnya sayapun langsung ikut
gabung dan minta space. J
kenyang dan sedikit kehangatan mulai merasuki tubuh saya, membuat suasana
pengantar tidur saya menjadi semakin berwarna. Dan akhirnya ... pagi datang !!!
namun sayang sekali ... pagi itu Sabtu, 7 Juli 2012 hari yang kita tunggu untuk
dapat sunrise di lembah ranukumbolo, gatot alias gagal total karena tebalnya
kabut menutupi sang mentari yang akan menyinari semangat baru hidup ini. So sad ...
!!!
almamater FH UII |
suasana pagi si ranu |
Bisikan Mitos, padang nan menawan, dan akhirnya gerbang ...
tanjakan cinta |
Sedikit kekecewaan
masih tergurat di wajah pagi itu, sang mentari yang diharapkan muncul diantara
sela dua bukit gagal menampakkan suryanya karena kabut tebal yang tak segera
sirna. Padahal moment sunrise di ranukumbolo adalah salah satu tujuan indah para
penjelajah untuk dapat bernostalgia dengan masa TK (Taman Kanak-kanak) mereka.
Saat itu Guru menyuruh murid-muridnya menggambar pemandangan, dengan perintah
ini tak dapat dipungkiri gambar 2 gunung dan matahari yang sedang mulai muncul
ditengah-tengahnya pasti ada. Inilah satu hal yang saya pribadi sebenarnya
berkeinginan kuat untuk bisa menyaksikannya secara langsung dengan mata kepala
saya, tak hanya sekedar cerita belaka. Namun apa daya ketika semua harapan tak
dapat menemukan titik tujuan, yang semula harapan akan kembali jadi sebuah
angan-angan yang hanya bisa untuk dibayangkan. Setelah salah satu pemandangan
terindah di Gunung Semeru gagal untuk dipandang, kita segera berbenah untuk
melanjutkan langkah demi kelanjutan penjemputan impian di Mahameru. Namun
sebelum kesitu perlu kiranya badan ini untuk dibersihkan, segera saja salah
seorang teman mengajak untuk mandi di ranukumbolo. Dingin air danau di pagi
hari sempat mengurungkan niat untuk MCK kala itu, tapi karena badan mulai
gatal-gatal keputusan untuk mandi tak bisa dihindari lagi. Pergilah kita ke
seberang jauh dari tempat camp untuk dapat menemukan spot yang cocok untuk
bercumbu dengan dinginnya si ranu. Setelah dikira aman dan cocok ... akhirnya
!!! byur ... byur ... byur ... hanya berbalut under wear secepat kilat badan
ini basah bersamaan dengan mulai lunturnya daki-daki yang ada hampir di seluruh
badan. Sungguh satu lagi kenikmatanNya yang tiada tara, segar dan damai yang
tiada kira. Maha Besar Engkau wahai Sang Penjaga. Tak kuat tubuh ini berlama-lama
terendam dalam ekstremnya air sumber kehidupan di tepi jauh si ranukumbolo.
Bergegas setelah kita berpakian kembali ketempat camp untuk mulai sarapan dan
re-packing barang-barang bawaan yang sekiranya memang kita perlukan untuk
melanjutkan pendakian.
Tepat jam 10.00
pagi udara yang ada di kawasan ranukumbolo mulai menghangat bertepatan dengan
semua persiapan yang sudah mantap untuk meneruskan langkah kaki menuju tempat
suci yang lebih tinggi dari ini. Tanjakan Cinta,,, ya inilah track selanjutnya
yang harus di lewati oleh para pendaki, sebuah mitos yang sudah tak asing lagi
terdengar dari tanjakan ini, “barang siapa yang berhasil mencapai puncak
dari tanjakan cinta tanpa berhenti dan tanpa menolehkan pandangan kebelakang
disertai fikiran membayangkan seorang yang jadi pujaan ... Katanya hubungannya
bakalan langgeng”
(sekedar info saja ya, jangan pada salahpaham) Kalau saya pribadi tidak ambil
pusing dengan track ini, masalah cinta biar Dia Yang Kuasa yang punya rencana.
Namun kalau ada yang mau mencoba silahkan saja, anggap saja ini sebagai
pemanasan awal sebelum menuju oro-oro ombo, cemoro kandang, jambangan dan
kalimati. Tak terlalu curam memang namun panjangnya tanjakan perlu
dipertimbangkan jika teman-teman hendak mencobanya hanya dalam sekali jalan
tanpa peregangan. Hemat tenaga dan jangan pernah memaksa itulah hal yang harus
dipertimbangkan karena dari tanjakan cinta track menuju camp selanjutnya lebih
ekstrem dan sengatan panas mulai kembali mengganas. Pemandangan dari puncak
tanjakan cinta memang menakjubkan, mungkin hal ini juga yang melandasi kenapa
tanjakan ini diberi nama tanjakan cinta disamping memang kalau kita lihat dari
puncak bentuk ranukumbolo,,, katanya seperti love.
Tak seperti yang
diceritakan oleh seorang teman ternyata ungunya taman lavender di padang rumput
oro-oro ombo sudah mulai tak tampak sempurna. Namun masih ada beberapa tanaman
lavender yang memang masih tumbuh mewarnai zona ini. Ada satu jalur memutar
untuk melewati oro-oro ombo, ada juga satu jalur menerjang tengah dari oro-oro
ombo. Normalnya jika kita berangkat banyak pendaki yang memilih untuk menuruni
dan menerjang tengah dari padang rumput ini. Keadaan rumput yang sebagian
mengering serta tingginya yang hampir menyentuh leher membuat zona ini semacam
kawasan murni dari Afrika. Jika dirumah anda punya Singa, Jerapah, Cheetah
ataupun Gajah lepaskan atau pindahkan supaya mereka hidup di kawasan ini.
Sungguh akan seperti padang sabana dan stepa liar yang banyak terdapat di
Afrika.
Kalau anda pernah tahu film legendaris yang berjudul The Ghost and The
Darkness, inilah kawasan simulasinya yang ada di Indonesia. Sengatan panas yang luar biasa tak membuat kita jera, kapan lagi
kita disini mumpung ada kesempatan saatnya kita bereksperimen. Berjalan-jalan
menyusup rerumputan, berlarian, berfoto di celah tanaman menjadi hal-hal seru
dan mengesankan yang sangat sulit untuk tidak kita kenang sepanjang kita masih
ada ikatan dengan alam. Saya temukan dunia yang benar-benar baru di kawasan
ini, kawasan liar yang memang penuh dengan kedamaian dan ketidakbiasaan dari
lingkungan sekitar.
Puas menerjang belukar di oro-oro ombo sampailah kita di gerbang
yang akan membawa kita ke cemoro kandang. Jangan anda bayangkan gerbang ini
seperti gapura di rumah anda ataupun di batas kota. Gerbang cemoro kandang
ditandai dengan dua batang pohon tumbang yang melintang menutup jalan, agak teduh
dan pas untuk sejenak bernafas setelah bertarung dengan panas. Hal penting yang
harus kita siapkan disini adalah masker ataupun slayer, ini menjadi vital
karena medan yang akan kita tempuh nanti mulai berdebu dan bisa dipastikan jika
berjalan secara beriringan barisan belakang akan jadi korban debu yang
beterbangan. Sedikit rindang dengan beberapa pepohonan besar dikanan-kiri jalan
membuat perjalanan di zona ini begitu nyaman dan menyenangkan. Namun track yang
agak jauh akan membuat kita sedikit gundah dan mulai tak bentah, persiapan air
yang maksimal sangat direkomendasikan untuk membasahi tenggorokan yang kering
karena kehausan. Disamping itu jangan lupa membawa madu sachetan untuk selalu
melumasi mulut kita, sedikit membantu mengurangi bibir kita kering dan potensi
bibir pecah-pecah. Jika dilogikapun madu rasanya manis, dan yang manis-manis
itu pasti bisa digunakan untuk memulihkan tenaga kita. Benar bukan ??? Mulai
dari track ini, kita satu rombongan tidak bisa berjalan dalam satu team karena
kondisi fisik dan beban yang kita bawa berbeda, sehingga ada beberapa anggota
rombongan memutuskan untuk berjalan duluan dengan tujuan lebih cepat sampai
camp idaman. Saya pun ikut rombongan belakangan, berjalan santai menikmati
medan ini dengan senang hati. Disela-sela jalan jika mata kita jeli untuk
melihat kanan-kiri ada sebuah tanaman kecil yang berbuah, saya menyebutnya
“ciplukan” (mohon maaf tidak tahu nama umumnya) bulat-bulat kecil yang
terbungkus seperti didalam daun jika sudah masak rasanya sedikit asam manis
namun begitu segar di tenggorokan. Anggap saja ini sebuah bonus bagi kita!!! J Setelah cukup lama melintas di zona cemoro kandang kita akan
memasuki medan yang diberi nama jambangan, ditandai dengan sebuah dataran yang
cukup luas untuk sedikit kembali bernafas. Dan ... Waow !!! akhirnya dengan
gagah perkasa dataran tinggi berpasir miring mulai menampakkan jati diri,
terlihat jelas dari sini betapa gersang, betapa terjal, tanpa satu pohon pun
yang ada hanya pasir dan bebatuan. Satu gerutuan terdengar, bagaimnana
mendakinya ??? Sebuah celetukan yang sebenarnya penuh makna bagi kita, pelecut
mental dan jati diri siapkah kamu mendaki di pasirku ??? Sambil terus memandang
bergantian dengan teropong, kita memutuskan untuk sedikit berlama-lama disini,
toh ... camp kalimati tinggal 30 menit darisini dan tak ada lagi tanjakan
setelah ini yang ada hanya turunan yang membawa kita pada sebuah kesenangan. Oh
... jambangan inilah yang saya pribadi namakan gerbang pendakian !!! Karena
dengan jelas dari tempat ini kita bisa melihat puncak gersang nan menantang.
Berfoto-foto, berlarian di rerumputan dan menghisap asap kenikmatan menjadi
bagian dari istirahat kali ini. Ada kiranya satu jam kita duduk ditempat ini
bercengkrama dengan pendaki lain yang turun ataupun yang baru datang dibelakang
kita. Keakraban dan suasana sok kenal
tercampur dengan harmonis di zona ini.
Langkah selanjutnya, kita akan melewati jalur menurun yang sangat
rindang dengan lebatnya pepohonan yang berbentuk seperti lorong panjang seakan
kita berada dibawah jembatan jalan layang. Begitu rindang dan tenang tanpa
kebisingan menjadi tempat yang pas bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Sang
Pencipta. Sebuah jembatan dari kayu yang tumbang membuka jalan untuk
melanjutkan pendakian penjemputan impian di puncak idaman. Terus dan keterusan
jalur yang menurun menuntun kaki ini menuju salah satu tujuan di balik
terjalnya Taman Nasional Gunung Semeru. Dari kejauhan nampak jelas sebuah
padang rumput yang mulai kering menguning sebagai pertanda inilah yang disebut
sebuah camp kalimati batas akhir resmi dari jalur pendakian yang diijinkan oleh
pengelola TNBTS. Tak jauh dari sini sekitar 1,5 - 2 km berjalan ke arah barat
atau 30 menit jalan kaki pp, ada sebuah mata air yang dikenal sebagai sumber
mani. Mata air yang menetes dari sebuah tebing indah di tengah-tengah kalimati
sebagai penyambung hidup panasnya padang gersang yang menantang. Jika kita
beruntung datang ke mata air sumber mani ini dengan keadaan sepi, bisa kita
manfaatkan air ini untuk bersih diri sekedar cuci muka ataupun mandi. Sampailah
jiwa dan raga letih ini di camp kalimati, kalimat syukur pun terucap dalam hati
sebagai tanda untuk mengakhiri perjalanan kita di season ini. Persiapan
menghadapi malam pun kami lakukan seperti malam sebelumya, namun bedanya nanti
malam kita akan benar-benar bertarung dengan dinginnya keadaan untuk mencoba
menaklukkan puncak idaman yang telah lama menjadi impian. Jangan sampai apa
yang telah kita idamkan dan impikan gagal untuk kita tunaikan dan akhirnya
kembali menjadi sebuah angan-angan. Semangat !!!
gerbang cemoro kandang |
Antara kesetiakawanan, keputusasaan dan harapan ...
Memang malam ini adalah malam yang panjang bagi saya pribadi,
mungkin juga buat anggota satu team. Setelah tidur didalam tenda dome sekitaran
3-4 jam, akhirnya mulai pukul 23.00 6 Juli 2012 kita semua sudah harus bangun
untuk melakukan persiapan SUMMIT ATTACK. Walaupun istirahat kurang wajar, jika
dibandingkan dengan lama tempuh perjalanan ini tak jadi rintangan yang penting
sedikit waktu yang ada berhasil kita manfaatkan jadi tenaga. Mulai dari :
-
Baju
double
-
Celana
double
-
Jacket
+ raincoat
-
Balaclava/
masker/ slayer
-
Goggles
+ Kacamata bening
-
Sarung
tangan
-
Headlamp
-
Gaiter
-
Daypack
-
Air
@ 3 L pp
-
Snack/
roti
-
Sepatu
-
Kamera
-
P3K
lengkap
-
O2
tabung
mahameru, soe hok gie and me |
terharu |
interpro law faculty of uii |
happy Milad UII |
lebih tinggi INDONESIA Ku |
graduation celebration |
not U or Me but Us |
Itulah perlengkapan standar menurut saya pribadi sebagai safety
yang harus terpenuhi untuk melakukan summit attack Gunung Semeru malam itu.
Yang paling vital disini adalah air minum, jangan pernah meremehkan untuk
membawa persediaan air minum untuk mendaki puncak mahameru tanjakan tajam
selama 5 – 6 jam tanpa turunan sudah siap menghadang didepan. Satu hal yang
patut kita syukuri kala itu, suasana terang penuh bintang di langit semakin
mempercantik penampakan dari bulan purnama yang semakin membuat pendakian kali
ini penuh makna dan berwarna. Setelah semua anggota siap dengan perkap dan
kebutuhan masing-masing briefing pun dimulai untuk memusatkan tujuan dan
perhatian serta kewaspadaan. Dinilai semua siap , berdo’a minta pada Sang
Pencipta puncak perkasa supaya apa yang kita lakukan dalam pendakian kali ini
diberkahi olehNya, semoga Tuhan memberikan kekuatan, kesehatan serta
keselamatan kepada team ini untuk bisa merasakan gagahnya ciptaanMu, and ... finally
SUMMIT ATTACK WAS BEGUN !!!
Dua prinsip memulai perjalanan, “puncak adalah bonus, yang
penting kebersamaan” atau “puncak memang impian tapi bukan
satu-satunya tujuan”. Tapi bagi saya pribadi setiap pendakian adalah
puncak !!! Tak masalah kita berbeda prinsip dalam pendakian yang penting apa
yang menjadi tujuan dapat tercapai sehingga memuaskan angan. 00.00 WIB 7 Juli
2012, maju jalan ... Malam
ini start awal kita berjalan menuju ke arah timur dari camp kalimati, kita
menuruni apa yang dikenal sebagai zona kalimati sebuah tempat yang saya
perkiraan sebagai salah satu tempat muntahan lahar Semeru ketika masanya. Ada
sebuah papan tulisan, “anda memasuki kawasan arcapada” sebagai tanda bahwa apa
yang kita lakukan disini adalah atas kehendak kita sendiri, dan jika terjadi
suatu hal yang tidak diinginkan kitapun sadar ini diluar tanggung jawab
pengelola Taman Nasional. Sebuah track awal yang lumayan masih datar membuka
jalur di arcapada ini, namun terpaan debu yang beterbangan sedikit mengganggu
jalannya nafas di organ kami. Sedikit sesak dan kurang nyaman memang, namun
inilah jalan dan rintangan yang sedari kemarin sudah menantang didepan menunggu
untuk dipijak dan dikalahkan. Tak boleh ada kata lengah pasalnya kalau kita
hilang kewaspadaan bisa-bisa kita yang akan dikalahkan oleh terjalnya medan
pendakian. Belum jauh kita melangkah nafaspun mulai tersengal-sengal pertanda
arcapada memang track yang bukan diperuntukan untuk mereka yang coba-coba. Ketika
barisan sedikit merenggang, ada teriakan keras dari barisan belakang break ...
break ... break ... kumpul lagi, istirahat dan minum. Tak bisa dipungkiri track
di medan ini memang menguras tenaga kami, padahal ini belum puncak mahameru
yang dikenal sangat ganas tanpa ampun
kepada siapapun. Ketika kami sampai di tempat camp arcapada ternyata ada
beberapa tenda dome disini, dalam hati saya berfikir bagaimana cara fikir
mereka kenapa mereka mau membuat camp disini, jauh dari air, serta medan untuk
menuju tempat ini yang begitu berat apalagi mereka harus membawa beban carrier
dari bawah menuju camp ini. Sungguh satu hal yang memang tidak saya
rekomendasikan. Semakin jauh kaki ini mencari tempat yang tinggi semakin panas
juga badan yang terbungkus beberapa kain tebal ini. Nampaknya cucuran keringat
mulai terasa didalam pakaian, suatu kondisi yang sedikit membantu menghangatkan
badan jika kita berjalan namun jika kita berhenti terlalu lama hawa dingin pun
kembali menusuk sampai ke rusuk. Kita masih bisa mempertahankan kesetiakawanan
dalam rombongan sampai batas vegetasi antara arcapada dan puncak mahameru.
Ketika mendekati batas vegetasi ini The Real Extreme dimulai, jalanan sempit
berpasir yang hanya selebar kurang dari satu meter dengan kanan kiri jurang
tanpa pembatas menghadang didepan, salah-salah ketika melangkah kaki kanan
ataupun kiri terperosok seluruh badan bisa terbawa meluncur sampai ke dasar
jurang, mengingat medan berpasir yang begitu miring. Jalur ini ada kiranya
sepanjang 50 meter ke depan. Membuat mata dan otak ini harus bekerja ekstra
untuk memusatkan konsentrasi supaya dapat melalui rintangan ekstrem ini dengan
hati-hati. Track di medan ini memang lebih ngeri setelah terjadi erupsi
beberapa bulan yang lalu, siap mencari mangsa untuk siapa saja ...
Harapan yang
tersematkan di fikiran membuat setiap langkah menjadi penuh arah, seakan tak
pernah lelah walaupun pasir dan batu terjal mulai marah. Ketika melewati batas
dari vegetasi perjuangan yang begitu dan sangat berat harus terlewati, disaat
medan yang begitu menyulitkan terpaan udara malam menambah perjuangan ini
semakin mengenaskan. Tanpa pepohonan di puncak pasir, angin malam yang datang
langsung menerpa masuk ke dalam raga menambah gontai langkah ini yang sudah
sulit menghadapi lorotan pasir yang sedari tadi di daki. Bisa dibayangkan
setiap kali melangkah setengah langkah dari pijakan kaki pasir kembali kebawah,
setiap melangkah lorotan pasir meluncur kebawah, begitulah langkah kita selama
bercumbu dengan pasir puncak semeru lebih dari 3 jam. Dataran berpasir miring
yang nampaknya begitu lemah ketika dinaiki namun jangan salah jika pasir ini
meluncur kebawah anda sendiri tak akan pernah bisa mengendalikan diri anda
sendiri, meluncur seperti perosotan anak-anak dengan kecepatan seperti motor
turun dari turunan tanpa memasukan gigi. Belum lagi dengan batu terjal yang
yang menghadang, memang sudah ada peringatan, “dilarang keras menginjak
batu” jika ada batu sebesar bola tenis menggelinding dari atas dengan
kemiringan 45o mengenai lengan anda, satu batu saja dapat mematahkan
lengan itu. Itupun kalau yang terkena lengan ataupun kaki, nah ... kalau yang
tertimpa kepala ??? Bisakah kita membayangkannya akan seperti apa jadinya,
mengalami kecelakaan ditempat semacam itu ??? Safety pribadipun tak akan pernah
cukup tanpa diikuti safety dari pendaki lain dalam melakukan pendakian, maka
dari itu kewaspadaan adalah kunci utama di track ini. Tak pernah bisa bertahan
lama dalam mencoba mendaki dengan medan ini, dengan beberapa langkah dadapun
mulai sesak tak terhitung lagi berapa puluh kali diri ini istirahat untuk
bernafas mengembalikan tenaga, konsentrasi dan mental. Punya tenaga tak punya
mental juara disini, nothing. Kita tak bisa berbuat apa-apa jika tak bisa
mengontrol emosi kita, apa yang kita tahu sebagai keputusasaan selalu muncul
membayang di angan-angan jika mengingat track yang kita lalui semacam ini
gilanya. Toh kita jalan pun, tambahnya tidak bisa banyak-banyak dan di pasir
sinipun kita memakan waktu yang begitu lama, dengan pemandangan disana-sini
yang terlihat hanya pasir dan batu tidak kelihatan apa yang diceritakan orang
sebagai puncak mahameru yang megah itu. Muak !!! nah itulah hal pasti terjadi
disini. Tak bisa dipungkiri ganasnya mahameru memang memuakkan untuk ditaklukkan,
hanya mereka yang bermental juara yang bisa memenangkannya dan saya ingin
menjadi bagian dari orang-orang bermental juara itu. Disaat saya sedang
beristirahat ada beberapa pendaki yang sudah gugur dalam mengarungi jalur maha
dahsyat ini. Satu demi satu para pendaki itu turun dengan wajah kecewa dan
gontai, mereka tidak bisa menyembunyikan rasa kesal, mereka telah gagal di
track ini. Entah kenapa ketika beristirahat mata ini mulai terpejam tak tahan
menahan belaian lembut sang malam dengan terpaan angin nan menantang, bisa
dibayangkan bagaimana jika dalam keadaan tertidur saya terperosok kebawah dan
tak bisa mengendalikan diri ??? naudzublillah ... salah satu kesalahan saya
dalam menghadapi dinginnya sang malam di puncak purnama, harusnya saya tidak boleh
terpejam, tidak boleh rebahan, tidak boleh berisitrahat terlalu lama jangan
sampai ketika kita terlena hipotermia menyerang kita. Ini akan membuat rugi dan
penyesalan yang amat sangat dalam diri kita. Kita harus tetap bisa
mengendalikan diri kita dalam kedinginan dan kelelahan untuk menghindari
hal-hal kurang mengenakkan yang sekiranya berpotensi menyerang. Terus ... terus
... terus ... dan terus ... berjuang !!! itulah yang saya lakukan di puncak
itu. SAYA SUDAH SAMPAI DISINI, LANJUTKAN !!! Tidak ada kata Tidak, Harus tetap
maju. Walau kaki ini tak kuat berjalan lagi, tangan dan dagu ini akan membantu
mengantarkan penjemputan mimpiku di puncak Mahameru. Sebuah lagu di Indonesian
Idol yang dibawakan Sean dan Regina, “Kemenangan adalah milik
orang-orang yang berjuang” menjadi pelecut semangat di pagi itu. Di
kala tekad sudah bulat, hati sudah mantap tinggal kita berangkat untuk
menjemputnya. Dan disini saya tidak mau gagal. MAHAMERU beri aku kesempatan
sekali dalam 20 tahun umurku ini... cucuran airmata keluar ketika puncak yang
dinanti nampaknya sudah mulai terkira,,,
Demi matahari dan cahayanya di pagi hari ...
Demi bulan apabila mengiringi ...
Demi siang apabila menampakkan ...
Demi malam apabila menutupi ...
Demi langit dan pembinaannya ...
Demi bumi dan penghamparannya ...
Dan demi jiwa serta penyempurnaanya ...
Aaaaaaaaa ..................!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Allahu Akbar
!!!!!!!!! PUNCAK !!!
Tanpa ragu sujud syukur, terhatur di dataran Mahameru yang memang
mahasempurna. Puji syukur Tuhan, Engkau telah berikan akau kekuatan serta
kesempatan untuk sampai di tempat ini dengan selamat !!! Untuk mereka semua
yang telah menyayangiku, Bunda, Sahabat, Teman dan Kawan inilah kado yang aku
berikan untuk kalian semua !!! Terimakasih atas doa dan kasihmu !!!
Akhirnya pada pukul, 04.42 WIB Senin, 7 Juli 2012, saya IRKHAM
ZAMZURI telah berhasil mencapai puncak tertinggi di tanah Jawa, puncak
mahameru, Gunung Semeru 3.676 mdpl. Haru serta bahagia mewarnai perjalanan
penjemputan mimpi di puncak mahameru, tak ada hal yang mustahil. Jika memang
kita punya niat dan sudah bertekad hanya tinggal satu hal lagi yang harus
dilakukan yaitu perjuangan. Sama hal nya jika hal ini kita implementasikan
dalam dunia pendidikan, jika kita bermimpi dan terus belajar bodohpun bisa menjadi
pintar. Tak peduli dimana kamu belajar entah negeri ataupun swasta, tak peduli
seberapa tebal harta orangtuamu, inilah tentang kamu. Bukan tentang usaha
sekolah atau orangtuamu, inilah tentang perjuanganmu dalam menjalani hidup.
Jika kita belajar hidup keras dan berat sedari muda kelak ketika kita dewasa
kitapun siap menghadapi hidup tanpa bantuan orang tua. Jangan pernah jadi
pemuda parasit, teman !!! Ini impianku, mana impianmu ???
Jika memang diterima, ini semua saya persembahkan untuk :
1.
Bunda
Tercinta
2.
IP
UII, mega inauguration 2012.
3.
Ambalan
dan DKR Karanganom
4.
Dia,
... yang entah kemana
*Foto dan Narasi oleh : ASA dan IZ
bolzugg
BalasHapusnice
BalasHapusgreat team ever
BalasHapusyg gagal mendaki mahameru, bukan berarti mereka tidak bermental juara. Ingat, Puncak adalah salah satu tujuan, tapi kembali selamat dari puncak adalah TUJUAN UTAMA. Seharusnya anda malu dengan kesombongan anda di bagian akhir tulisan ini.
BalasHapusMakasih gan , udah mampir ... :) makasih juga udah memberi masukan , pada tulisan ini . Masih dalam tahap belajar untuk bisa menulis lebih baik. Tidak pernah punya niatan bang , untuk memandang seperti yg abang bilang. Cuma menuliskan pengalaman pribadi ...
BalasHapusBisa saya gunakan sbg bahan evaluasi untuk diri sendiri bang , makasih masukannya ya ...
Baru pertama kali trekking ke gunung Semeru ,sungguh pengalaman yang luar biasa .ranu kumbolo yang jernih menjadi sumber air minum untuk kami.dan yang paling luar biasa adalah puncak mahameru di ketinggian di atas 3000 mdpl, sesekali erupsi membuat semuanya menjadi pemandangan yang sangat sempurna.sungguh ciptaan tuhan yang luar biasa
BalasHapus