Oleh : Irkham Zamzuri
Soe Hok Gie di usia singkatnya, "Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan". Tidak ada pahlawan di dua tempat berbeda, bersebelahan, berdampingan, bertepatan pada waktunya. Tidak, tidak ada!!! Ada sih, tapi pecundang namanya.
Harus menerima keterbatasan kalau manusia memang terbatas, bukan maksud membatasi, bukan, tapi semua hal memang berbatas. Itu kenapa masih ada manusia diantara manusia lainnya, supaya apa, biar tanggung jawab bisa dikerjakan bersama.
Satu di bidang ini, dua di bidang itu, tiga disini, empat disitu, merata, sesuai aku dan kamu bisa apa, bukan mau ini itu disini disitu diwaktu yang sama.
Sia-sia rasanya berbicara atau mengambil tugas dalam porsi besar kalau yang normal saja belum tuntas. Bukankah yang besar itu dimulai dari kecil? Nah ... kalau kecil-kecilnya saja belum jalan? Lantas apa mau dikata.
Semua hal terjadi karena alasan, dan pasti ada pilihan dan sudah pasti pula pilihan itu bercabang, pro kontra jelas ada.
Tidak ada yang namanya tidak ada pilihan, cuma sekarang mau memilih apa tidak, atau ikut cari aman saja, atau takut dikucilkan kalau ngambil pilihan, atau tidak milihpun sebenarnya nyaman-nyaman saja. Alasan dan pembenar semata.
Tapi toh ... semua kembali pada pilihan. Pahlawan dan pecundang pun sejatinya tidak berseberangan, mereka cuma saling menguatkan pengikutnya.
Berani menyatakan dan tegas pada pilihan sudah cukup memerdekakan diri kita dari mental perbudakan, slavery katanya,